Aku masih sesekali memikirkan ide gila yang pernah terlintas dibenakku..
Ya.. memperoleh uang dengan cara cepat, tapi setiap ide itu muncul ku
tepis semuanya.. Aku mencoba memikirkan cara lain memutar otakku.. Anda
akan masuk keperguruan tinggi tahun ini, sementara diar lulus dari SMP
dan akan melanjutkan ke SMK, adik2ku memilih bersekolah di SMK karena
pertimbangan yang aku berikan kepada mereka juga.. Untuk anda biaya spp
hanya beberapa kali saja terbayarkan, karena dia termasuk siswa
berprestasi, sementara odi biaya spp full terbayarkan sedangkan diar
sama sekali tak membayar spp.
Aku sangat beruntung mempunyai adik yang mau berusaha memperoleh sekolah dengan gratis, sehingga aku hanya perlu memikirkan biaya awal dalam memulai sekolah mereka.. Ibu sekarang lebih fokus ke pengobatan ayah dan biaya rumah tangga, setidaknya biaya adik2ku bisa ku tangani.. Odi, adik manisku.. dia sempat berkata kepadaku akan kerja paruh waktu, aku melarangnya.. namun ya kau sudah bisa menduga, dia tak bisa dilarang.. Dia tak tega melihatku, sehingga dia memutuskan mencari kayu kering yang kemudian dijualnya.. Sementara diar, dia membantu odi semampunya karena diar harus mengejar berbagai beasiswa agar dia bisa bersekolah gratis. Anda, dia mengurusi rumah, menggantikan pekerjaan semasa SMP ku. ya keluarga kecilku yang bahagia disana..
Awal tahun ini setidaknya aku akan membutuhkan biaya ekstra, diar yang masuk SMK dan anda yang akan melanjutkan kuliah.. Ahh.. pikiranku sudah jauh melayang, padahal belum saja hal itu terlaksana.. Dan hampir saja aku melupakan janjiku kepada ibuku.. Seharusnya aku berbicara dengan anda, aku ambil hapeku yang sedari tadi aku cuekin.. kupilih kontak rumah - panggil
Aku amsih ditemani bunyi tuuuutt.. beberapa kali, sampai akhirnya suara manja kudengar dari balik hapeku..
" kak queeennn " anda terlihat senang
" iyaa.. jangan keras2 dek.. sakit kupingnya "
" sorry lah.. kaka lagi apa ?"
" lagi tiduran dikamar dek.. adek ?"
" lagi buat kue sama mama "
" kue buat apa ? ada acara apa emangnya nda ?"
" mama buat pesanan orang kak kalo libur.. lumayan loh, kuenya juga enak kak "
" tambah buntel nanti kamu kalo makan kue trus.." aku mengejeknya
" yee.. anda sekarang tinggi kak, udah 160 cm.. odi sama diar juga tinggi.. jadi nggak buntal lah "
" masak sih ? udah lama juga ya nggak liat kalian "
" iyaa.. kakak kan udah setahun disana.. udah makan kak ?"
" eh.. udah kok, tadi beli diwarung.. anda tahun ini lulus kan ?"
" iyaa kak "
" masuk mana dek ? udah dipikirkan ?"
" maunya ikut temen kak, tapi belum tau lagi lah.. tapi pengennya ikut temen ajah " dia menjelaskan dengan nada manjanya
" mau kuliah bareng kakak nggak dek ?" aku mencoba bertanya dengan hati2
" nggak maulah.. jauh kak.. maunya yang deket ajah lah "
" kenapa ?"
" nanti kayak kakak nggak pulang2, trus anda pengen sama temen2lah kak "
" emang temennya masuk mana dek ? negeri kah ?"
" ambil swasta sih kak, tapi kata mama nggak apa kok kak " anda melakukan pembelaan, adikku yang satu ini walau pintar dia lebih ke kanak-kanakan.
" ooh.. swasta yaa.. "
" iya kak.. kenapa ?"
" kakak boleh ngomong nggak ?"
" ehhmmmm... anda udah ngira lah " dia ragu dengan pertanyaanku.
" gini dek, kalo adek ambil swata biayanya mahal, belom kos dan makannya, belom spp, uang buku sama tetek bengeknya.. trus adek belum tentu bisa ngajukan beasiswa ke walikota, karena swasta belum tentu terakreditasi A dan diakui.. kalo adek coba ke kampus kakak, udah cobanya gampang pake jalur prestasi, adek bisa dapat beasiswa kampus trus ngajuin beasiswa walikota sama ambil beasiswa lain juga bisa.. lepas uang spp.. kalo uang kos dan makan, nanti kakak yang pikirkan.. Andakan udah dewasa, pasti anda juga ngerti yang kaka bilang kan ?"
" iya kak " suaranya terdengar lemah
" anda ... " aku memanggilnya lembut
" saya kak " suara lemanya masih terdengar jelas
" jangan nangis yaa.. kakak kan nggak marahin anda.. "
" nggak kak "
" jangan bilang nggak dek.. diantara semuanya anda yang paling cengeng.. nggak diapa2in ajah nangis.. kakak tuh kasih tau anda karena sayang sama anda.."
" heemmmm " aku sudah tau dia menahan air matanya
" dek.. kakak nggak mau anda salah jalan.. ini untuk kedepannya loh.. udah jangan nangislah.. masak gitu ajah nangis "
" hemmmm " dia masih ngambek dengan tangisnya yang ditahan. Aku menarik nafas panjangku..
" sudahlah.. nangis ajah dulu.. mama mana, kasih in geh ke mama.. kakak mau ngomong "
Aku mendengar mama berkata keanda saat anda memberikan teleponnya ke ibuku tanpa berkata apapun " kenapa nda ?", sudah kuduga dia akan diam memberikan tlpnya, dan aku yakin mama menatap layar hapenya dan sudah mengerti kenapa anda menangis.
" ya kak "
" nangis dia ma ?" aku bertanya ke mama
" iyaa.. kakak udah bilang ya ?"
" iyaa.. sudah biarkan ajah.. biar mikir dia.. diakan sudah gede, masak mau manja terus.. "
" emang kakak marahin anda ya ?" ibu bertanya bingung
" nggak lah.. kayak nggak tau anda ajah mama.. kalo kakak yang ngomong belom juga siap udah nangis.. mikirnya kalo kakak nggak sayang dia.. padahal karena sayanglah makannya dikasih tau "
" ya udah lah kak, nanti mama rayu dia juga "
" udah ma, biarkan ajah.. besok2 kakak tlp lagi.. kalo masih ngeyel, yaudah kakak terpaksa marahin dia.. "
" iya kak, baiknya ajah "
" iyaa.. mama nggak usah pikirkan.. anda kakak ajah yang rpeetin nanti.. mama masih buat kue ?"
" udah siap kok, tinggal bakar ajah kak.. kakak lagi apa ?"
" lagi tiduran ajah dikamar ma.. sehat mama ?"
" sehat.. nggak jalan kak ?"
" yaa mama.. kayak nggak tau ajah.. " aku menjawabnya dengan candaan
" ya mana tau, udah ada pacar.." ibu mulai menggodaku
" apaan sih ma.. nanti mah itu.. kalo jodoh nggak bakal kemana "
" iyaa lah.. asal jangan ketuaan ajah ya kak "
" iya ma.. masih nangis anda ma ?"
" iya kayaknya, langsung kekamar dia sih "
" udah lah biarin.. nggak usah dirayu ya ma.. awas mama rayu.. "
" iya kak.. mau ngomong sama odi apa diar ?"
" nggak usahlah, salam ajah.. bilangin jangan bandal disana "
" tuuh.. denger nggak kalian kata kakak kalian " ibu berseru ke odi dan diar yang mencoba ngeles " mana ada bandal "
Aku hanya tersenyum mendengarkan ocehan mereka dari ujung tlp ku.. rindu rasanya menghabiskan keserdahanaan dibalik kebahagiaan bersama mereka.. Ah.. aku harus bisa menepis egoku.. aku harus berjuang demi mereka, ya mereka dengan janji kehidupan dan masa depan lebih baik..
" kak.. kapan pulang ? " diar menceloteh dari samping ibuku
" belum bisa dek, tunggu lulus ya "
" lama kali kak.. sepi rumahnya "
" kan masih ada bang odi sama kak anda.. mama, ayah juga ada.. "
" nggak enak kak.. biasanya kan kita rame-rame.. sekarang makan ajah sepi "
" doain ajah kakak bisa pulang yaaa "
" udah aah.. kakaknya jangan dikangenin trus.. nanti disananya nggak enak " mama berkata kepada diar
" nggak apa ma.. lagian diar kangen itu.." aku mencoba memberi isyrarat ke mama kalo aku tak apa2 disini dan bisa menahan rasa kangenku
" udah ya kak.. jaga kesehatan disana, hati2 juga ya "
" salam sama ayah ya ma" aku tak meminta berbicara kepada ayah, karena aku sudah tau kondisi ayah dan aku memutuskan untuk menitip salam saja.. biarlah mama berpikir aku tak tau apa2, cukuplah dia memikirkan aku baik2 saja disini dan membantunya dengan ikhlas tanpa tau kondisi keluargaku yang menderita disana "inget.. jangan banyak pikiran " aku menegaskan kalimat terakhirku
Sambungan tlp pun terputus, aku menghela nafas panjangku.. Semoga anda mengerti apa yang aku sampaikan kepadanya.. Dan semoga dalam kesusahan ini, mereka tetap bahagia, seperti keceriaan mereka di tlp tadi.. Dan setidaknya ayah/ibu bersyukur mempunyai anak seperti kami, karena kami menyayangi mereka..
Aku sangat beruntung mempunyai adik yang mau berusaha memperoleh sekolah dengan gratis, sehingga aku hanya perlu memikirkan biaya awal dalam memulai sekolah mereka.. Ibu sekarang lebih fokus ke pengobatan ayah dan biaya rumah tangga, setidaknya biaya adik2ku bisa ku tangani.. Odi, adik manisku.. dia sempat berkata kepadaku akan kerja paruh waktu, aku melarangnya.. namun ya kau sudah bisa menduga, dia tak bisa dilarang.. Dia tak tega melihatku, sehingga dia memutuskan mencari kayu kering yang kemudian dijualnya.. Sementara diar, dia membantu odi semampunya karena diar harus mengejar berbagai beasiswa agar dia bisa bersekolah gratis. Anda, dia mengurusi rumah, menggantikan pekerjaan semasa SMP ku. ya keluarga kecilku yang bahagia disana..
Awal tahun ini setidaknya aku akan membutuhkan biaya ekstra, diar yang masuk SMK dan anda yang akan melanjutkan kuliah.. Ahh.. pikiranku sudah jauh melayang, padahal belum saja hal itu terlaksana.. Dan hampir saja aku melupakan janjiku kepada ibuku.. Seharusnya aku berbicara dengan anda, aku ambil hapeku yang sedari tadi aku cuekin.. kupilih kontak rumah - panggil
Aku amsih ditemani bunyi tuuuutt.. beberapa kali, sampai akhirnya suara manja kudengar dari balik hapeku..
" kak queeennn " anda terlihat senang
" iyaa.. jangan keras2 dek.. sakit kupingnya "
" sorry lah.. kaka lagi apa ?"
" lagi tiduran dikamar dek.. adek ?"
" lagi buat kue sama mama "
" kue buat apa ? ada acara apa emangnya nda ?"
" mama buat pesanan orang kak kalo libur.. lumayan loh, kuenya juga enak kak "
" tambah buntel nanti kamu kalo makan kue trus.." aku mengejeknya
" yee.. anda sekarang tinggi kak, udah 160 cm.. odi sama diar juga tinggi.. jadi nggak buntal lah "
" masak sih ? udah lama juga ya nggak liat kalian "
" iyaa.. kakak kan udah setahun disana.. udah makan kak ?"
" eh.. udah kok, tadi beli diwarung.. anda tahun ini lulus kan ?"
" iyaa kak "
" masuk mana dek ? udah dipikirkan ?"
" maunya ikut temen kak, tapi belum tau lagi lah.. tapi pengennya ikut temen ajah " dia menjelaskan dengan nada manjanya
" mau kuliah bareng kakak nggak dek ?" aku mencoba bertanya dengan hati2
" nggak maulah.. jauh kak.. maunya yang deket ajah lah "
" kenapa ?"
" nanti kayak kakak nggak pulang2, trus anda pengen sama temen2lah kak "
" emang temennya masuk mana dek ? negeri kah ?"
" ambil swasta sih kak, tapi kata mama nggak apa kok kak " anda melakukan pembelaan, adikku yang satu ini walau pintar dia lebih ke kanak-kanakan.
" ooh.. swasta yaa.. "
" iya kak.. kenapa ?"
" kakak boleh ngomong nggak ?"
" ehhmmmm... anda udah ngira lah " dia ragu dengan pertanyaanku.
" gini dek, kalo adek ambil swata biayanya mahal, belom kos dan makannya, belom spp, uang buku sama tetek bengeknya.. trus adek belum tentu bisa ngajukan beasiswa ke walikota, karena swasta belum tentu terakreditasi A dan diakui.. kalo adek coba ke kampus kakak, udah cobanya gampang pake jalur prestasi, adek bisa dapat beasiswa kampus trus ngajuin beasiswa walikota sama ambil beasiswa lain juga bisa.. lepas uang spp.. kalo uang kos dan makan, nanti kakak yang pikirkan.. Andakan udah dewasa, pasti anda juga ngerti yang kaka bilang kan ?"
" iya kak " suaranya terdengar lemah
" anda ... " aku memanggilnya lembut
" saya kak " suara lemanya masih terdengar jelas
" jangan nangis yaa.. kakak kan nggak marahin anda.. "
" nggak kak "
" jangan bilang nggak dek.. diantara semuanya anda yang paling cengeng.. nggak diapa2in ajah nangis.. kakak tuh kasih tau anda karena sayang sama anda.."
" heemmmm " aku sudah tau dia menahan air matanya
" dek.. kakak nggak mau anda salah jalan.. ini untuk kedepannya loh.. udah jangan nangislah.. masak gitu ajah nangis "
" hemmmm " dia masih ngambek dengan tangisnya yang ditahan. Aku menarik nafas panjangku..
" sudahlah.. nangis ajah dulu.. mama mana, kasih in geh ke mama.. kakak mau ngomong "
Aku mendengar mama berkata keanda saat anda memberikan teleponnya ke ibuku tanpa berkata apapun " kenapa nda ?", sudah kuduga dia akan diam memberikan tlpnya, dan aku yakin mama menatap layar hapenya dan sudah mengerti kenapa anda menangis.
" ya kak "
" nangis dia ma ?" aku bertanya ke mama
" iyaa.. kakak udah bilang ya ?"
" iyaa.. sudah biarkan ajah.. biar mikir dia.. diakan sudah gede, masak mau manja terus.. "
" emang kakak marahin anda ya ?" ibu bertanya bingung
" nggak lah.. kayak nggak tau anda ajah mama.. kalo kakak yang ngomong belom juga siap udah nangis.. mikirnya kalo kakak nggak sayang dia.. padahal karena sayanglah makannya dikasih tau "
" ya udah lah kak, nanti mama rayu dia juga "
" udah ma, biarkan ajah.. besok2 kakak tlp lagi.. kalo masih ngeyel, yaudah kakak terpaksa marahin dia.. "
" iya kak, baiknya ajah "
" iyaa.. mama nggak usah pikirkan.. anda kakak ajah yang rpeetin nanti.. mama masih buat kue ?"
" udah siap kok, tinggal bakar ajah kak.. kakak lagi apa ?"
" lagi tiduran ajah dikamar ma.. sehat mama ?"
" sehat.. nggak jalan kak ?"
" yaa mama.. kayak nggak tau ajah.. " aku menjawabnya dengan candaan
" ya mana tau, udah ada pacar.." ibu mulai menggodaku
" apaan sih ma.. nanti mah itu.. kalo jodoh nggak bakal kemana "
" iyaa lah.. asal jangan ketuaan ajah ya kak "
" iya ma.. masih nangis anda ma ?"
" iya kayaknya, langsung kekamar dia sih "
" udah lah biarin.. nggak usah dirayu ya ma.. awas mama rayu.. "
" iya kak.. mau ngomong sama odi apa diar ?"
" nggak usahlah, salam ajah.. bilangin jangan bandal disana "
" tuuh.. denger nggak kalian kata kakak kalian " ibu berseru ke odi dan diar yang mencoba ngeles " mana ada bandal "
Aku hanya tersenyum mendengarkan ocehan mereka dari ujung tlp ku.. rindu rasanya menghabiskan keserdahanaan dibalik kebahagiaan bersama mereka.. Ah.. aku harus bisa menepis egoku.. aku harus berjuang demi mereka, ya mereka dengan janji kehidupan dan masa depan lebih baik..
" kak.. kapan pulang ? " diar menceloteh dari samping ibuku
" belum bisa dek, tunggu lulus ya "
" lama kali kak.. sepi rumahnya "
" kan masih ada bang odi sama kak anda.. mama, ayah juga ada.. "
" nggak enak kak.. biasanya kan kita rame-rame.. sekarang makan ajah sepi "
" doain ajah kakak bisa pulang yaaa "
" udah aah.. kakaknya jangan dikangenin trus.. nanti disananya nggak enak " mama berkata kepada diar
" nggak apa ma.. lagian diar kangen itu.." aku mencoba memberi isyrarat ke mama kalo aku tak apa2 disini dan bisa menahan rasa kangenku
" udah ya kak.. jaga kesehatan disana, hati2 juga ya "
" salam sama ayah ya ma" aku tak meminta berbicara kepada ayah, karena aku sudah tau kondisi ayah dan aku memutuskan untuk menitip salam saja.. biarlah mama berpikir aku tak tau apa2, cukuplah dia memikirkan aku baik2 saja disini dan membantunya dengan ikhlas tanpa tau kondisi keluargaku yang menderita disana "inget.. jangan banyak pikiran " aku menegaskan kalimat terakhirku
Sambungan tlp pun terputus, aku menghela nafas panjangku.. Semoga anda mengerti apa yang aku sampaikan kepadanya.. Dan semoga dalam kesusahan ini, mereka tetap bahagia, seperti keceriaan mereka di tlp tadi.. Dan setidaknya ayah/ibu bersyukur mempunyai anak seperti kami, karena kami menyayangi mereka..
No comments:
Post a Comment
Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah