AdityaDees: Indonesia

Hot

https://publishers.chitika.com/

Contact us for advertising.
Showing posts with label Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Indonesia. Show all posts

23 August 2021

Ask Abad Kejayaan Indonesia Yang Menjadi Eksportir Gula Terbesar Kedua Dunia AdityaDees

17:22 0
Gula yang berasal dari pengolahan tanaman tebu mulai dikenal secara luas sebagai korporasi di Indonesia sejak 1830 ketika berakhir Perang Jawa atau Perang Diponegoro pada 1825-1830.

Itu berawal dari gagasan pemerintahan belanda untuk meningkatkan penerimaan negara dan kemudian mereka membuka instansi jasa tanam paksa. Saat itu komoditi yang paling besar dikembangkan adalah gula.

Hingga pada tahun 1870 muncul Undang-Undang Gula (Suikerwet) dan UU Agraria (Agrarisch Wet). di mana investor bisa mengusahakan tanaman gula bekerja sama dengan masyarakat dengan sistem kelembagaan.

Salah satu pabrik gula yang paling terkenal adalah Pabrik Gula Cepiring. Pabrik yang berada di Kendal, Jawa Tengah ini merupakan peninggalan Hindia Belanda yang dibangun pada tahun 1835, dikelola oleh swasta N. V. tot Exploitatie der Kendalsche Suikerfabrieken, setelah sebelumnya pengelolaan ada pada Hindia Belanda.

Sejarah mencatat bahwa industri gula Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dengan puncak produksi yang terjadi pada awal tahun 1930 sebesar hampir 3 juta ton, dengan jumlah pabrik gula (PG) sebanyak 179 PG, dan luas area berkisar 196 592 Ha.

Serta tingkat produktivitas mencapai 14,79 ton/ha yang menempatkan Indonesia menjadi Negara pengekspor kedua di dunia setelah Kuba pada saat itu. Akan tetapi, setelah era tersebut industri gula Indonesia terus mengalami kemunduran.

Harga gula di pasar internasional yang terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 1999 juga menjadi penyebab kemunduran industri gula Indonesia.

Penurunan harga gula ini terutama disebabkan oleh hampir semua negara produsen utama dan konsumen utama melakukan intervensi yang besar terhadap industri dan perdagangan gula .

Sebagai contoh Jepang menerapkan tarif impor sangat tinggi, yaitu lebih dari 100 persen sedangkan Indonesia hanya didukung oleh kebijakan tarif impor sebesar 25 persen.

Dari 59 jumlah pabrik gula yang ada di Indonesia, sekitar 80 persen di antaranya berada di Jawa dan sisanya berada di luar pulau Jawa (Sumatera dan Sulawesi).

Sedangkan dari 47 jumlah pabrik gula yang ada di pulau Jawa, sekitar 70 persennya berada di Jawa Timur dengan luas areal tanam tebu mencapai 172 942 hektar.

Sebelum abad ke-15 masyarakat Indonesia belum mengenal gula ,hingga bangsa Cina datang ke Nusantara dan memperkenalkan metode pengolahan tebu menjadi gula secara tradisional kepada masyarakat Jawa.

Kemajuan peningkatan produksi tebu oleh Tionghoa menarik perhatian persekutuan dagang dari Belanda, Vereeningde Oost-Indische Compagnie (VOC), yang dikenal dengan sebutan Kompeni, yang berlabuh di Banten pada 1596.

VOC menilai Banten kurang strategis dan aman. Gubernur Jenderal Kompeni Pieter Booth memindahkan markas dagangnya ke Jayakarta atau Jakarta. Daerah inilah yang selanjutnya diberi nama Batavia, sesuai dengan nama etnik asli Belanda, Bataaf.

Batavia makin ramai dan menjadi bandar besar di Asia Tenggara. Akibatnya, makin banyak warga Tionghoa yang bermigrasi ke Jawa. Warga yang baru datang ini meniru bisnis rekannya, salah satunya gula.

Maraknya perdagangan gula membuat VOC mengekspor komoditas ini ke Eropa. Awalnya, tujuan utama VOC hanya berdagang rempah-rempah. Pada 1637, VOC berhasil mengekspor 10 ribu pikul atau setara dengan 625 ribu kilogram gula per tahun. Gula ini dibeli dari warga Tionghoa.

Akibat monopoli dagang yang di lakukan VOC,membuat warga tionghoa enggan bekerjasama lagi untuk memproduksi gula, sehingga perdagangannya bertambah lesu.

Kemudian pada tahun 1799 VOC dinyatakan bangkrut oleh kerajaan Belanda akibat praktik korupsi yang menjalar tumbuh subur. Untuk menggantikan VOC yang bangkrut ini, kemudian kerajaan belanda membentuk pemerintahan Hindia-Belanda .

Kendala pertama VOC adalah akibat dari perang Jawa atau perang Diponegoro membuat keuangan Pemerintahan Hindia-Belanda terganganggu ,Untuk mengatasi kas negara yang defisit, Gubernur Jenderal Johanes van den Bosch mengeluarkan kebijakan tanam paksa atau cultuurstelsel.

Dalam kebijakan itu hasilnya Dalam tempo 10 tahun, volume ekspor gula meningkat dari 6.710 ton pada 1830 menjadi 61.750 ton pada 1840. Tiga puluh tahun kemudian, jumlah ekspor gula meningkat lebih dari 100 persen menjadi 146.670 ton.

Selain tanam paksa, keberhasilan ini didukung oleh mesin penggiling tebu dan pembangunan infrastruktur perdagangan gula milik perusahaan dagang dari Belanda, Nederlandsche Handel Maatchappij.


Kewajiban rakyat membayar pajak dalam sistem tanam paksa ini jelas sangat menguntungkan Belanda yang berhasil menutup defisit dan meningkatkan kemakmuran bangsanya.

Bagi Belanda sistem ini telah memberi keuntungan yang besar karena meningkatnya tanaman ekspor, seperti gula, kopi, teh kopra dan kina. Keuntunganya berkisar 151 juta gulden pada tahun 1877.

Mulai tahun 1870 ,swasta mendapatkan izin untuk memproduksi gula. Dua perusahaan swasta terbesar kala itu adalah Oei Tiong Ham Concern di Semarang dan milik Kanjeng Gusti Adipati Aryo Mangkunegara IV di Surakarta. Lantaran liberalisasi, Hindia-Belanda tercatat sebagai eksportir gula kedua setelah Kuba.

Menurut JB Kristanto, dalam 1000 Tahun Nusantara (2000), Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta adalah yang terkaya di antara raja-raja.Buku Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Republik (2008) juga mencatatnya sebagai pemilik mobil pertama di Indonesia.


Sedangkan Oei Tiong Ham Concern ini dikenal raja dalam perdagangan opium legal dan bisnis gula. Ia bahkan dijuluki "Raja Gula Asia". Ketika meninggal dunia karena serangan jantung pada 1924, konglomerat Tionghoa ini meninggalkan uang sebesar 200 juta gulden.

Untuk mengelola bekas aset-aset milik Oei Tiong Ham di Indonesia, pemerintah Indonesia mendirikan BUMN bernama Rajawali Nusantara Indonesia, yang mengelola pelbagai hasil bumi termasuk gula.

Meskipun industri gula banyak meraih kesuksesan itu bukan berarti tanpa hambatan. Adanya serangan penyakit membuat pemerintah membangun lembaga riset gula bernama Proefstation Oost Java, yang kini dikenal dengan nama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.

Wilayah ini kemudian dikenal dengan dengan nama Oosthoek, yang meliputi Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Besuki (Jember ditambah Bondowoso), Lumajang, dan Banyuwangi.

Saat Inggris menduduki Jawa pada 1811-1815, modernisasi industri gula dilakukan di tanah Jawa,Tapi, sayang, modernisasi itu gagal kecuali di kawasan Oosthoek.

Sumber :

https://tirto.id/swastanisasi-gula-meliberalkan-jawa-cmhe
https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/334204/indonesia-pernah-jadi-produsen-gula-terbesar-di-dunia
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/menuju-kejayaan-gula-di-hindia-belanda/

Read More

18 August 2021

Ask Keunikan Suku Asli Indonesia, Suku Cia-Cia menggunakan Abjad Korea AdityaDees

18:26 0
Indonesia merupakan negara yang di kenal memiliki beragam suku dan budaya, termasuk ragam bahasa daerahnya. Di Kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara tepatnya di kota Bau-bau ada bahasa daerah yang unik. Di sini para warga kampung, dari anak kecil hingga dewasa, sudah pintar menulis dengan abjad Korea yang disebut aksara Hangeul.

Huruf ini sering digunakan sebagai petunjuk tempat umum ,nama jalan atau plang sekolahan, dengan di tulis nama resmi bahasa Indonesia dengan aksara Latin,serta di kombinasikan dengan tulisan abjad Korea.

Buton terkenal dengan sejarahnya sebagai pusat penyebaran agama Islam. Mungkin harusnya aksara dengan arab gundul yang tepat di gunakan bahasa suku Cia-Cia. Namun stetapi, penggunaan arab gundul dirasa kurang tepat karena ketika bahasa Cia-Cia dituliskan dengan arab gundul, maknanya jadi berubah.

Mata pencaharian Suku Cia-Cia adalah bercocok tanam ,seperti jagung, padi dan singkong. Sebagian juga penduduk Cia-Cia bekerja sebagai pencari ikan atau pembuat kapal. seluruh jumlah penduduk Cia-Cia sekitar 80 ribu jiwa.

Suku Cia-cia pernah menjadi sorotan berita di Korea karena menggunakan huruf hangul dalam buku pelajarannya.


Aksara korea masuk dan berkembang di Cia-Cia sejak Tahun 2008,saat seorang pemakalah asal Korea, Prof Chun Thay Hyun datang. Aksara ini diajarkan kepada anak sekolah ,mulai dari tingkat SD hingga SMA.

Alasan suku Cia Cia menggunakan aksara Hangul karena untuk melestarikan bahasa daerahnya, karena aksara hungeul dinilai ada kesamaan dalam pelafalan dan struktur bahasa dengan Korea.

Dalam postingan Korea Times sendiri menyebutkan jika penggunaan Hangul Korea untuk memberikan kemudahan kepada para masyarakat suku Cia-cia dalam berkomunikasi lewat tulisan, pasalnya pengucapan bahasa Cia-cia sangat mirip dengan Korea.

Kemudian Pemkot Bau-Bau bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan menggelar Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara.

Pemerintah Kota Bau-Bau juga bekerja sama dengan Hunminjeongeum Research Institute, lembaga riset bahasa Korea, untuk menyusun bahan ajar kurikulum muatan lokal mengenai bahasa Cia Cia dengan huruf Korea pada anak sekolah.

Beberapa siswa, guru, serta masyarakat suku Cia Cia, dan pihak Pemkot Bau-Bau pernah diundang ke Korea untuk menunjukan kemampuan menulis huruf Hangul untuk bahasa Cia-Cia. Bahkan, beberapa guru dari Korea juga pernah didatangkan langsung ke Bau-Bau untuk mengajarkan huruf Hangul.

Sebelum mengenai hangeul, bahasa Cia-cia merupakan salah satu bahasa lokal atau bahasa etnik yang ada di Indonesia. Bahasa ini dituturkan oleh etnis-etnis Cia-cia yang sebagian besar tinggal di kecamatan Sorawalio Kota Bau-Bau.

Etnis Cia-cia merupakan salah satu etnis besar di Buton. Penutur bahasa Cia-cia berasal dari empat subetnis, yaitu :

  • Laporo
  • Burangasi
  • Wabula
  • dan Lapandewa


Pengambilan kebijakan pemerintah tentang penggunaan aksara Hangeul di Cia-cia menjadikan bahasa lokal mereka terancam punah. Meski keputusan itu berdasarkan beberapa aspek yang menguntungkan masyarakat.

Namun, nilai-nilai kebudayaan di Cia-cia akan terkikiss dengan masuknya budaya luar ke daerah tersebut. Secara logis tentu masyarakat Cia-cia mampu berkiprah di ranah internasional dengan menggunkan bahasa Hangeul.

Sehingga tercipta jalinan komunikasi antar budaya. Sayangnya hal itu akan berdampak negatif pada generasi berikutnya, di mana mereka tidak akan mengenal bahasa nenek moyang mereka.

Read More

11 August 2021

Ask Pengaruh kerajaan Sriwijaya di Filipina AdityaDees

13:54 0
Artefak kuno membuktikan bahwa ada hubungan Bisaya di Visayas dan Mindanao dan Kerajaan Sri Vijaya di daerah Indo-Melayu sebelum kedatangan Spanyol.

Inti wilayah Sriwijaya terkonsentrasi di dan sekitar Selat Malaka dan Sunda serta di Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Jawa Barat. Namun, antara abad ke-9 dan ke-12, pengaruh Sriwijaya tampaknya telah meluas jauh melampaui intinya.

Para navigator, pelaut, dan pedagang Sriwijaya tampaknya telah terlibat dalam perdagangan dan eksplorasi ekstensif, yang mencapai pesisir Kalimantan, kepulauan Filipina, Indonesia Timur, pesisir Indocina, Teluk Benggala, dan Samudra Hindia hingga Madagaskar.

Pengaruh kekaisaran mencapai Manila pada abad ke-10. Kerajaan Tondo di bawah lingkup pengaruhnya telah didirikan di sana.

Penemuan patung emas di Agusan del Sur dan Kinnara emas dari Butuan, Mindanao Timur Laut, di Filipina menunjukkan adanya hubungan kuno antara Filipina kuno dan kerajaan Sriwijaya, karena Tara dan Kinnara adalah tokoh atau dewa penting dalam kepercayaan Buddha Mahayana.

Kesamaan agama Buddha Mahayana-Vajrayana menunjukkan bahwa Filipina kuno memperoleh kepercayaan Mahayana-Vajrayana mereka dari pengaruh Sriwijaya di Sumatera.

Padahal industri emas di Butuan jauh melebihi yang ada di Sriwijaya atau pemerintah terkait di Sumatera.

Pada abad ke-12, kerajaan ini mencakup sebagian Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa Barat, dan sebagian Kalimantan. Itu juga memiliki pengaruh atas bagian-bagian tertentu dari Filipina, terutama Kepulauan Sulu dan pulau-pulau Visayas.

Diyakini oleh beberapa sejarawan bahwa nama 'Visayas' berasal dari kerajaan Sriwijaya.

Sumber :

Budaya Visayan melalui halaman Facebook Discover Asean.

Read More

10 August 2021

Ask Berbagai Tradisi di Indonesia yang bertepatan Tahun Baru Islam AdityaDees

14:14 0
Tahun Baru 1443 Hijriah kali ini jatuh pada tanggal 10 Agustus 2021. Bagi sebagian umat islam di Indonesia, momen ini tak hanya dijadikan momen sakral dengan berdoa, namun juga berbagai tradisi.

Berbagai tradisi perayaan Tahun Baru Hijriah biasanya dilakukkan sudah turun-temurun antar generasi. Lalu apa saja tradisi di Indonesia untuk menyambut Tahun Baru Hijriyah tersebut.

1. Kirab Muharram


Kirab Muharram di lakukan oleh keraton Surakarta untuk menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi ini merupakan ritual yang dilakukan oleh Keraton Surakarta dengan menghadirkan kerbau bule atau kerbau putih milik Kiai Slamet. Kerbau Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat.

2. Ritual Gunung Merapi


Warga Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, punya tradisi Sedekah Gunung Merapi tiap 1 Muharram/Suro.Tradisi dilakukan dengan melarung kepala kerbau di wilayah puncak gunung yang biasanya diikuti banyak orang.

3.Ritual Gunung Lawu


Pada malam 1 Suro, masyarakat sekitar Gunung Lawu memiliki tradisi sendiri yakni mendaki Gunung Lawu lewat berbagai jalur yang tersedia. Tradisi ini tak hanya diikuti masyarakat sekitar saja. Biasanya para pendaki khusus datang ke Gunung Lawu pada Tahun Baru Hijriah.

4. Tradisi Ngadulang


Ngadulang merupakan salah satu acara yang diselenggarakan oleh pemerintah Sukabumi untuk merayakan tahun baru Islam. Di tahun baru Islam, ada perlombaan menabuh bedug yang menarik dan wajib diikuti.

5. Bubur Asyura


Di Kalimantan, ada makanan khas yang adanya hanya di tahun baru Islam yaitu bubur asyura. Bubur ini terbuat dari beras yang dimasak lama dengan santan dan dicampur dengan berbagai macam sayur-sayuran.

Untuk membuat bubur Asyura diperlukan sembilan bahan pokok utama. Mulai dari beras, jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang hijau, kacang tolo, kacang tanah, kacang kedelai hingga ketela pohon atau singkong.

6. Mubeng beteng


Tradisi ini merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam 1 Suro Tahun Baru yang dirayakan di Yogyakarta. Islam yang dilakukan oleh ratusan abdi dalem mengelilingi Keraton Yogyakarta dan diikuti oleh warga.

Selama mengelilingi keraton, mereka harus melakukan tapa bisu (tidak berbicara atau bersuara) serta tidak makan, minum, atau merokok dan jarak yang ditempuh kurang lebih lima kilometer.

7. Upacara Tabot


Dirayakan oleh masyarakat Bengkulu, untuk mengenang kepahlawanan serta meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali Abu Thalib. Upacara ini terpengaruhi oleh upacara Karbala di Iran.

Perayaan Tahun Baru Islam ini telah dilakukan sejak tahun 1685 oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal juga sebagai Imam Senggolo.Masyarakat percaya, apabila perayaan Tahun Baru Islam ini tidak mereka selenggarakan maka musibah dan malapetaka akan menimpa mereka.

8. Ledung Suro


Merupakan tradisi yang dilakukan warga Magetan, Jawa Timur. Masyakarat menggelar tradisi Ledug Suro dengan ‘ngalub berkah bolu rahayu’. Upacara ini diawali dengan kirab Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang nantinya menjadi sasaran rebutan warga. Warga mempercayai, bolu tahayu dapat membawa keberuntungan dan berkah.

9. Nganggung


Tradisi ini dirayakan oleh umat muslim di Bangka Belitung. ‘Nganggung’ dalam bahasa daerah warga setempat berarti makan bersama. Warga akan mengelar acara dimana mereka akan makan bersama-sama. Layaknya perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, kebersamaan diangkat menjadi tradisi Tahun Baru Islam.

Warga dari seluruh penjuru Bangka berdatangan untuk bersilaturahmi sekaligus bertamu ke rumah-rumah warga. Bagi tuan rumah semakin banyak tamu yang datang maka rizki yang diperoleh akan semakin banyak. Makanan layaknya peryaan Idul Fitri disediakan untuk menjamu tamu yang datang.

10. Barik'an


Merupakan tradisi yang dilakukan Jawa Tengah. Pada dasarnya, Tradisi Barik'an adalah acara kenduri bersama.Masyakarat akan membawa lauk pauk dari rumah dan setelah itu di doakan bersama.Makanan yang telah didoakan akan dimakan bersama-sama. Bertukar lauk pauk menjadi ajang yang wajib saat perayaan ini.

Sumber :

Detik.comKompas.com

Read More

Ask Mantan Atlet Dayung Indonesia Abdul Razak kini menjadi Nelayan AdityaDees

13:04 0
Abdul Razak merupakan salah satu mantan atlet Indonesia yang berasal dari Kampung Bajo Wakatobi. Prestasinya sungguh gemilang dan mengharumkan nama Indonesia di cabang olahraga dayung. Meski telah memberikan yang terbaik kepada negara,namanya seolah terlupakan.

Awal karirnya bermula sejak mengikuti kompetisi tahun 1987, ia mewakili Wakatobi untuk ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Kabupaten Kolaka, dalam Kompetisi tersebut Abdul Razak dapat mempersembahkan tiga medali emas untuk Wakatobi.

"Ya saat itu saya mewakili Wakatobi untuk persiapan pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Kabupaten Kolaka," kata Razak, Jumat (6/8/2021).

Dia mendapatkan emas kembali pada kejuaraan nasional Dayung di Semarang tahun 1989. Pada tahun yang sama dia kembali ditunjuk sebagai perwakilan Indonesia pada ajang Sea Games Malaysia tahun 1989.

"Saat itu saya berhasil mendapatkan 4 medali emas pada sayap 1 jarak 500 dan sayap 2 jarak 500, sayap 2 jarak 1.000 dan sayap 4 jarak 1.000," ujar Abdul Razak, Sabtu (7/8/2021).


Abdul Razak kembali menjadi delegasi Indonesia pada ajang Asian Games di Beijing pada tahun 1990. Dimana pada saat itu Razak dan rekan timnya hanya mampu menyumbangkan 2 medali perunggu.

Kemudian dirinya bersama dengan timnya kembali mengikuti ajang Internasional di Barcelona Spanyol pada tahun 1992 dan hanya lolos pada perempat final.

Karena prestasinya ,Abdul Razak kemudian dilirik Pemerintah Jawa Timur untuk menjadi pelatih atlet dayung dan ia menerimanya.

"Alhamdulillah saya dapat membimbing anak-anak Jawa Timur saat itu memperoleh medali emas pada kejuaraan nasional untuk kategori sayap 4 dan 2 tahun 1994 dapat emas di sayap 4 dan 2," ujarnya lagi.


Seiring menurunnya karir kepelatihannya,ia kemudian memutuskan untuk pensiun dan kembali ke kampung halaman sebagai seorang nelayan dan pada saat itu dirinya di berikan apresiasi oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga, dan mendapat julukan sebagai 'mesin tempel' oleh Gubernur Sultra saat itu, Laode Kaimoeddin.

Meski telah meraih berbagai prestasi dan mengangkat martabat bangsa, kini Abdul Razak harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup di masa tuanya. Hal ini dikarenakan ia tak menerima tunjangan apapun dari pemerintah saat pensiun sebagai atlet.

Bertepatan dengan momentum HUT ke 76 RI, ia berharap agar jasanya sebagai atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional tak dilupakan oleh negara.

Read More

Ask Gama Roket pertama Indonesia yang menuai pujian Ir. Soekarno AdityaDees

09:45 0
Keberhasilan meluncurnya roket tak berawak Uni Soviet Sputnik I pada tahun 1957, membuat para mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil, Teknik Kimia, dan MIPA UGM kagum serta mengispirasi mereka.

Awal gambar roket sederhana seperti mercon sleng.


Namun keinginan mereka untuk membuat roket sempat tertunda ,akibat peristiwa Trikora pecah. Saat itu pemerintah juga membuat program wajib militer untuk para mahasiswa yang akan digunakan sebagai pasukan cadangan.

Tetapi Karena lama tidak ada panggilan untuk terjun sebagai pasukan, akhirnya mereka kembali berkumpul dan membentuk Perkumpulan Roket Mahasiswa Indonesia (PRMI) .

Mereka yang ikut berpartisipasi dalam perkumpulan ini diantaranya adalah Widodo, Suwarto, Harry Johannes, Ipeng Priyadi, dan Tanjung Musanto yang dipilih sebagai ketua PRMI.

Dengan bermodalkan ilmu peroketan yang mereka pelajari sendiri ,upaya uji coba berbagai experimen mereka lakukan. Dalam tahap ini sumber pendanaan dari berbagai lembaga, seperti Bappenas dan Kementrian PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan) untuk meminta bantuan. Sumbangan mulai dari uang dan berupa properti material yang mereka butuhkan.

Hingga pada tahun 1962 menjadi saksi sejarah dengan diluncurkannya roket sederhana yang mereka labeli dengan nama "GAMA". Roket ini terdiri satu tingkat dengan satu tabung dan dilengkapi sirip kecil.

Kemudian mereka meluncurkan roket kembali Pada 28 Agustus 1963 , roket Gama IIA dan Gama IIB. Peluncuran roket ini memperoleh sambutan hangat dari pemerintah dan masyarakat sehingga memberikan dorongan bagi PRMI bersama Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam UGM untuk terus mengembangkan hingga generasi berikutnya.

Keberhasilan Gama IIA dan Gama IIB turut mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia yang mana Presiden Soekarno menerima ucapan selamat dari Presiden Mesir, Gamal Abdul Naser.


Pada tahun 1965 percobaan peluncuran roket di hentikan ,akibat gejolak politik yang menyebabkan para mahasiswa terpecah-pecah karena ideologi politik yang terus berkembang.

Gemah semangat mereka memberikan dampak besar bagi pendirian Lembaga Peroketan Nasional, hingga mendapat pujian dari Presiden Soekarno dan Rektor UI, Kolonel Dr. Sjarif Thayeb yang dikutip surat kabar Nasional edisi 2 Oktober 1963 dengan judul, “Presiden Soekarno dan Rektor UI Sampaikan Salut pada Mahasiswa Gadjah Mada Berhubung Peluncuran Roket Pertama”. Berita ini pun juga dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat.

Tanjung Musanto dan Ir. Suwarno juga turut di panggil Pemerintah Pusat dan diberikan tugas untuk menyusun rencana pembentukan Lembaga Peroketan Nasional (LAPAN).Lembaga ini didukung oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, serta seluruh ahli teknik di Indonesia.

Read More

06 August 2021

Ask Perlawanan KH Ahmad Rifa'i terhadap penjajah Belanda di kota Kendal AdityaDees

18:44 0
Kiyai Haji Ahmad Rifa’i merupakan sosok Ulama sekaligus pejuang kota kendal , Putra dari KH Muhammad Marhum Bin Abi Sujak. Beliau lahir di Tempuran, Kendal, Jawa Tengah pada tahun 1786 (kalender Islam 9 Muharam 1200 Hijriah),dan meninggal di Manado, Sulawesi Utara pada tahun 1870.

Jalan Dakwah sudah di mulai Ahmad Rifa'i sejak usia muda, dengan metode konsep tabligh keliling di kota Kendal. Ketegasan nya dalam berdakwah dan tidak kenal kompromi membuat Belanda selalu mengawasi setiap gerak-geriknya.

Selain menyinggung masalah agama, beliau juga menyinggung masalah sosial dalam dakwahnya, seperti arti kemerdekaan dan perjuangan melawan kolonial Belanda.

Sang kiyai yang menyuarakan tentang Kemerdekaan membuat Belanda semakin resah dan khawatir. Respon dari kekhawatiran itu adalah pengasingan sang kiyai di Kalisalak Batang pada tahun 1838. Tetapi Pada 1841 sang kiyai justru mendirikan pondok pesantren disana .

Akibat Penentangan beliau terhadap Belanda, Kiyai Ahmad Rifa'i pernah dijuluki "Setan Kalisasak" oleh kolonial Belanda dan "Ulama Sesat" oleh ulama yang mendukung Belanda.


Beliau juga di ketahui pernah menimbah ilmu di Arab , dan berguru dengan ulama besar disana seperti Syekh Ahmad Ustman, Syekh Is Al -Barawi dan Syekh Abdul Aziz Al Habisy. Setelah berguru dari Arab Beliau melanjutkan menimbah ilmu ke Mesir.

Lewat Gerakan Taramujah Ahmad Rifa'I menentang terhadap kolonial Belanda dengan menekankan aspek keagamaan dan budaya masyarakat lokal dalam perjuangannya.

Konsekuensinya Kiyai Rifa'i sering di asingkan ketempat terpencil hingga akhir hayatnya. Beliau Ahmad Rifa'i meninggal dunia di tahun 1870 pada usia 84 tahun saat diasingkan di Kampung Jawa Tondano, Manado, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kyai Mojo.

Meskipun beliau mendapat larangan berdakwah, beliau tetap berjuang dengan menulis berbagai kitab dan salah satunya Kitab Nazam Wikayah yang berisi anjuran untuk menentang orang Belanda dan yang bersekutu dengan mereka.

Sebagian besar kitab-kitab beliau, pada sekitar tahun 1859 itu disita oleh pemerintah kolonial Belanda dan sebagian dari hasil sitaan tersebut dikirimkan ke negeri Belanda dan sampai sekarang masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Pada Tahun 2004 Pemerintah menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada KH Ahmad Rifa’i melalui Kepres Nomor: 089/TK/2004 , oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Read More

Ask Keindahan mata biru warga Kaimbulawa pulau Siompu mirip orang Kaukasia dan Eropa AdityaDees

18:04 0
Siompu merupakan Pulau yang letaknya di barat daya dari Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau ini dikelilingi oleh laut biru yang masih terjaga kelestariannya. Dari Pasir pantainya yang putih bersih hingga terumbu karangnya masih alami.

Ternyata bukan itu saja, pulau ini juga mempunyai ikon flora endemik berupa jeruk Siompu. Selain itu, ada lagi pesona tersimpan di pulau ini yaitu warga dengan ciri tubuh unik. Mereka mempunyai bola mata biru atau mirip bangsa Kaukasia atau orang eropa.

Warga ini mendiami tempat yang bernama Kaimbulawa, sebuah desa dengan luas 9.6 km2 di kecamatan Siompu Timur.


La Ode Yusrie merupakan orang di balik penemuan kelompok masyarakat bermata biru. Ketika Summer Institute Linguistic (SIL) bersama peneliti budaya dan sejarah sedang melakukan penelitian tentang dialek lokal di Siompu Timur pada 2016. Penelitian berlangsung selama enam bulan di sana.

Di penghujung kegiatannya disana, Yusrie mendapat informasi tentang ciri warga yang unik mirip dengan orang eropa. Ditemani warga setempat, Yusrie pun akhirnya bertemu dengan warga Kaimbulawa bermata biru.

Menurut garis keturunannya mata biru ini merupakan warisan portugis , saat bangsa Eropa berlomba menguasai rempah-rempah dunia, para pelaut Portugis menjadikan Pulau Siompu sebagi persinggahan sebelum menuju ke Maluku.

Selama berlabuh ini, Portugis menjalin hubungan baik dengan warga lokal, bahkan beberapa pria Portugis diijinkan mempersunting gadis Siompu.

Cerita ini termuat dalam naskah kuno peninggalan Kesultanan Buton Kanturuna Mohelana yang bermakna Pelitanya Orang Berlayar.


Pelaut Portugis masuk Nusantara pada abad 16. Tujuan utama mereka adalah Kepulauan Maluku, yang merupakan rumah bagi tanaman rempah yaitu cengkeh dan pala.

Mereka melintasi jalur utara, lewat Pulau Mindanao, Filipina. Namun, karena banyak aksi perompak, Portugis kemudian memindahkan rute pelayaran ke selatan.

Dalam perjalananya mereka menemukan Pulau Buton untuk dijadikan persinggahan bagi pelaut Portugis saat menuju ke Maluku. Selama berlabuh, mereka mengisi perbekalan serta menjalin hubungan dagang Kesultanan Buton.

Mata biru merupakan ciri anak-anak hasil perkawinan silang Buton-Portugis. Namun ketika Belanda mengambil alih kekuasaan di Buton ,mereka melancarkan stigma negatif terhadap warga keturunan Portugis.

Akibatnya warga keturunan ini memilih menyingkir ke beberapa wilayah, seperti Liya di Kabupaten Wakatobi, Ambon, hingga Malaysia. Stigma penjajah Belanda terus membekas pada komunitas bermata biru di Siompu selama berpuluh tahun dan mereka semakin menutup diri.

Para pemilik mata biru pun menjauh dan membangun tempat tinggal termasuk di wilayah perbukitan Kaimbulawa. Penduduk bermata biru tersisa saat ini, tak lebih dari 10 orang, perlahan mulai membuka diri. Sejumlah warga bermata biru Siompu kini mulai sering diundang dalam acara-acara di lingkungan Kesultanan Buton.

note :

Tidak hanya Warga Siompu yang memiliki mata biru, suku lain juga terdapat mata biru ,di antaranya Lamno(Aceh), Halmahera Timur (Maluku) dan Kisar (Maluku).
Sumber

Read More

04 August 2021

Ask Tradisi unik tidur di atas pasir masyarakat Sumenep ,Madura AdityaDees

16:48 0
Madura memang terkenal dan identik dengan tradisi karapan sapi nya atau makanan khasnya sate, namun tetapi ,tahukah anda ? bahwa ada tradisi unik lainya yang di lakukan masyarakat madura yaitu tidur di atas pasir .

Tradisi demikian bisa di temukan ketika kita berkunjung ke Desa Legung Timur, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura. Menurut masyrakat tradisi tidur di atas pasir ini sudah berlangsung dari antar generasi dan di percaya memiliki manfaat untuk kesehatan.

Salah satu manfaat tersebut adalah efek relaksasi sekaligus menyembuhkan penyakit, seperti gatal di kulit hingga keluhan nyeri punggung sampai rematik.

Pasir yang digunakan juga bukan pasir sembarangan, pasir ini berasal dari Pantai Lombang. dengan warna putih kecoklatan dan tidak berbau, selain itu teksturnya juga sangat halus dan lembut.

Warga biasanya memilah pasir yang ada di bawah pohon cemara. Sebelum digunakan, pasir diayak dulu menggunakan alat penyaring. Hal ini demi menghilangkan material lain seperti kerikil kecil, sisa cangkang hewan laut, atau kotoran yang menempel.

Berbeda dengan masyarakat modern yang memilih rumah dengan tempat tidur nyaman, bersih dan lembut, masyarakat Desa Legung lebih dikenal dengan nama kampung pasir karena tradisi uniknya tidur di atas pasir.

Setiap rumah warga umumnya memiliki satu kamar atau lebih dengan fasilitas kasur pasir, yang menurut mereka dapat menyejukkan sekaligus bisa menghangatkan.

Pememanfaatan kasur pasir sebagai tempat tidur, tidak hanya mereka yang kelas ekonomi menengah ke bawah, melainkan warga yang sudah mempunyai kemampuan lebih, juga masih tetap tidur di atas pasir.

Sensasi tidur di atas pasir ini sangatlah unik dan berpotensi untuk menjadi destinasi wisata yang menarik.

Read More

02 August 2021

Ask Sanusi Pane Tokoh Pelopor Lahirnya Bahasa Persatuan Indonesia AdityaDees

08:45 0
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, dengan semboyan tersebut pasti adanya bahasa persatuan yang menjadi sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa, yaitu Bahasa Indonesia.

Namun tetapi ,lahirnya Bahasa Indonesia rupanya melewati perjuangan panjang oleh para tokoh bangsa terdahulu. Salah satunya adalah Sanusi Pane. Ia di kenal sebagai seorang sastrawan dan pujangga yang lahir di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada 14 November 1905. Ia adalah kakak kandung Armijn Pane

Sanusi muda mengenyam bangku pendidikan pertama kali di Hollands Inlandse School (HIS) di Padang Sidempuan. Ia kemudian pindah ke Tanjung Balai lalu masuk Europeesche Lager School (ELS) di Sibolga lalu melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang, dan diselesaikan di Jakarta pada 1922.

Selanjutnya ia masuk Kweekschool di Jakarta dan lulus 1925 serta melanjutkan ke Sekolah Hakim Tinggi juga di Jakarta (hanya setahun) kemudian memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan Hindu di Inia (1929—1930).

Awalnya Sanusi Pane berprofesi seorang Guru ,ia terus berpindah tempat untuk mengajar ,dari menjadi Guru di Kweekschool Gunung Sahari Jakarta, HIK Lembang, HIK Gubernemen Bandung dan Sekolah Menengah Perguruan Rakyat, Jakarta.

Sanusi juga aktif di sejumlah organisasi di tanah air , seperti Partai Nasional Indonesia, Jong Sumatra dan Gerindo . Oleh sebab itu ,Sanusi di berhentikan menjadi seorang Guru. Dia pernah juga menjadi redaktur majalah Timboel (1931—1933), harian Kebangoenan (1936)—yaitu surat kabar berbahasa Melayu-Tionghoa dan redaktur Balai Pustaka (1941).

Kumpulan sajak pertamanya berjudul Pancaran Cinta terbit 1926, menyusul kemudian kumpulan sajak Puspa Mega di 1927. Lalu drama Airlangga di 1928 dan drama Burung Garuda Terbang Sendiri 1929. Pada 1931 terbit kumpulan sajaknya Madah Kelana yang kemudian disusul drama Kertajaya di 1932.

Kemudian di 1933, terbit dramanya yang berjudul Sandyakala ning Majapahit lalu disusul drama Manusia Baru di 1940. Di tahun yang sama, juga terbit buku terjemahannya, yakni Arjuna Wiwaha, disusul buku Sejarah Indonesia 1942, Bunga Rampai dari Hikayat Lama di 1946, Indonesia Sepanjang Masa 1952, dan kumpulan puisi Gamelan Jiwa yang terbit 1960.

Atas jasa-jasanya di bidang sastra, pada tahun 1969 setahun setelah Sanoesi Pane meninggal dunia Pemerintah Republik Indonesia memberikan Hadiah Sastra bersama beberapa sastrawan lainnya yang sama-sama telah meninggal dunia, yaitu Marah Rusli, Abdul Muis, Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Chairil Anwar.

Selain di kenal sebagai seorang sastrawan dan pujangga, Sanusi Pane adalah tokoh di balik lahirnya Bahasa Indonesia. Semua perjuangannya menemukan titik terang saat Kongres Pemuda I, yang dilaksanakan di Batavia pada 1926.

Dalam kongres itu, pengusulan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan pertama kali di usulkan oleh Sanusi Pane , yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia. Namun karena adanya perdebatan antara M Yamin dan Muhammad Tabrani yang belum setuju dengan usulan itu. Penetapan itu gagal .

Tetapi kemudian diadopsi lagi dalam Kongres Pemuda II. Dalam Kongres Pemuda II, pada 28 Oktober 1928, usulan Sanusi Pane dua tahun sebelumnya ,akhirnya diakomodir dan ditetapkanlah Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, yang kemudian diberi nama Bahasa Indonesia.

Dan untuk pertama kalinya, Kongres Bahasa Indonesia I dilaksanakan di Medan, 28 Oktober 1954.


Nama Sanusi Pane memang kurang familiar di banding Tokoh bangsa lainya. Meski punya andil besar dalam pembentukan bahasa persatuan. Akibatnya namanya jarang sekali dikenal sebagai tokoh yang mendorong lahirnya Bahasa Indonesia. Ia meninggal dunia pada 2 Januari 1968.

Read More

20 July 2021

Ask keangkeran Segitiga Masalembo AdityaDees

10:34 0
Kepulauan Masalembo kerap disebut sebagai wilayah segitiga bermuda Indonesia,lantaran beberapa peristiwa misterius dan mitos terjadi di sekitar kawasan itu. Seperti halnya segitiga bermuda di Atlantik sebelah timur benua Amerika dan segitiga formosa di kawasan Asia Tenggara.

kepulauan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Posisi Pulau Masalembu berada di bagian utara wilayah Kabupaten Sumenep, dikelilingi oleh perairan (laut bebas), berjarak sekitar 112 mil laut dari Pelabuhan Kalianget (Sumenep Daratan). Kondisi ini menyebabkan Pulau Masalembu langsung berbatasan dengan perairan bebas (laut lepas).

Kisah angker dan misteri Segitiga Masalembo bermula pada kecelakaan Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas II pada 27 Januari 1981. Sebuah kecelakaan laut yang mengejutkan seantero negeri. Setelah peristiwa itu Rentetan kecelakaan Segitiga Masalembo menjadi catatan kelam.

Menurut mitos yang berkembang di masyarakat Masalembo, perairan ini adalah tempat dimana berdiri sebuah kerajaan makhluk halus. Hal ini diperkuat dengan kesaksian orang-orang yang berhasil melewati laut tersebut, tidak sedikit orang yang pernah melihat penampakan misterius.

Berbagai spekulasi ilmiah pun pernah menjelaskan kenapa Segitiga Masalembo begitu angker untuk dilewati. Namun penjelasan pertemuan arus lautlah yang paling cukup kuat. Kawasan Segitiga Masalembo dikenal memiliki arus sangat kencang.

Menurut penjelasan ilmiah, perairan Masalembo merupakan titik pertemuan antara arus kencang dari barat yang terus memanjang ke laut Jawa dengan arus kencang dari utara selat Makassar.

Fenomena tidak lazim ini terjadi antara Desember-Januari atau Juli-Agustus, maka dari itu semua kecelakaan yang terjadi di perairan Masalembo terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Faktor pemicu lain adalah “air pocket”. Ini juga diklaim menjadi faktor yang membuat perairan Masalembo menjadi sangat berbahaya. Secara ilmiah “air pocket” adalah ruang yang berisi udara mengalir berkecepatan tinggi.

Saking kuatnya, fenomena alam ini bahkan mampu menyedot benda-benda yang berada di area tersebut, seperti: pesawat, kapal dan benda lainnya.

Read More

16 July 2021

Ask Republik Lanfang , Republik pertama di Indonesia AdityaDees

11:22 0
Kehadiran kaum imigran Cina di Borneo , menjadi bagian dari sejarah perdagangan dan politik Asia kala itu. Pada tahun 1767 peningkatan populasi imigran Cina berkembang pesat, yang tadinya berjumlah puluhan itu membengkak menjadi ribuan.

Pada pertengahan abad ke-18 , gelombang imigran dari cina melonjak drastis di kalimantan barat. Oleh kesultanan Mempawah dan Sambas, mereka di datangkan langsung untuk di pekerjakan di tambang-tambang emas dan timah yang banyak terdapat di kawasan tersebut.

Kesultanan Mempawah adalah yang pertama kali mendatangkan imigran Cina pada tahun 1740. Wilayah Mempawah terletak antara Pontianak dan Sambas, berjajar dalam satu garis pantai di Selat Karimata.

Kebijakan serupa kemudian di ikuti oleh Kesultanan Sambas pada tahun1750 , menggunakan jasa pekerja imigran Cina. Pada saat itu dunia pertambangan memang mengalami kemajuan pesat sehingga di butuhkan pekerja dalam jumlah yang besar.

Seiring perkembangannya, populasi imigran Cina mengalami peningkatan dalam jumlah. Saking banyaknya, orang-orang Cina tersebut membentuk kelompok atau kongsi dagang berdasarkan wilayah pertambangannya.

Sebenarnya kongsi dagang yang di bentuk oleh kelompok imigran Cina ,bisa di sebut mirip area perkampungan tempat tinggal saja.

Namun tetapi mereka menjalani kehidupan seperti di negeri asal mereka, yakni menerapkan tradisi Cina dalam kehidupan sehari-harinya.

Pada awal terbentuk kongsi dagang hanya berjumlah 8 ,lalu kemudian secara bertahap menjadi bertambah 14 kelompok kongsi dagang. Oleh Kesultanan Mempawah dan Sambas , mereka mendapat dukungan dan di beri naungan di bawah Kesultanan.

Dengan diberi keleluasaan untuk mengatur dirinya sendiri, termasuk dalam hal pengangkatan pemimpin. Dari sini asal muasal republik itu mulai terbentuk.

Pihak kesultanan hanya meminta masing-masing kongsi itu menyetor 1 kilogram emas tiap bulannya. Baik Kesultanan Sambas maupun Mempawah tidak mempersoalkan peraturan khusus untuk para imigran Cina dalam menambang emas.

Hingga akhirnya pada tahun 1770, Mereka mulai membangkang dan menolak memberikan 1 kilogram emas per bulan kepada Kesultanan.

Penolakan dan pembangkanan para imigran Cina ini dipicu oleh Kehidupan mereka yang sudah mapan dan lebih stabil jika di bandingkan dengan masyarakat pribumi , seperti halnya orang melayu dan Dayak.

Kaum pendatang ini pada akhirnya benar-benar terlibat peperangan dengan warga lokal dan menewaskan sejumlah pejabat kesultanan dari Suku Dayak.

Insiden ini membuat pihak kesultanan habis kesabaran, terutama Sambas. Pemimpin Sambas saat itu, yakni Sultan Umar Aqamaddin II, kemudian mengirimkan pasukan untuk membasmi aksi pemberontakan tersebut.

Terjadi pertempuran dalam skala kecil selama 8 hari sebelum akhirnya kelompok-kelompok imigran Cina tersebut menyerah karena merasa kalah kuat.

Namun ternyata dari insiden tersebut , pihak Kesultanan Sambas tidak memberikan hukuman berat kepada para imigran Cina ,yang secara terbukti telah melakukan pembangkangan dan perlawanan.

Mereka diperbolehkan kembali bekerja di pertambangan seperti biasa namun tetap harus menyetor upeti sebanyak 1 kilogram emas setiap bulannya kepada kesultanan.

Hingga pada tahun 1776, para imigran ini mengalami peningkatan 14 kongsi dagang , terutama sebagian besar 12 kelompok kongsi berada di wilayah Kesultanan Sambas dengan pusatnya di Montraduk.

Sedangkan 2 kongsi lainnya ada di wilayah Kesultanan Mempawah dan berpusat di Mandor. Jumlah orang-orang Cina sendiri sudah lebih dari 20 ribu orang pada 1770-an.

Merasa sudah cukup kuat , mereka lalu membentuk aliansi yang bernama Hee Soon pada tahun 1777. Tujuannya untuk memperkuat persatuan sekaligus meminimalisir terjadinya polemik antar-kongsi seperti yang pernah terjadi pada tahun 1774.

Terbentuknya Hee Soon inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Republik Lanfang.

Toko yang menjadi pemimpin aliansi atau para kelompok kongsi dagang tersebut di kalimantan barat adalah Lo Fang Pak , ia datang pada tahun 1775.

Lo Fang Pak memiliki hubungan yang baik dengan Dinasti Qing di Cina, ia berkeinginan agar kaum perantauan di Borneo bersatu dan tidak terpecah-belah satu sama lain.

Pada tahun 1778 dengan berdirinya kesultanan pontianak , membuka kesempatan bagi para imingan Cina berlindung jika sewaktu-waktu mereka bermasalah lagi dengan Sambas, Mempawah, maupun pihak-pihak lain.

Memanfaatkan Lo Fang Pak yang piawai dalam hal diplomasi, Aliansi ini berhasil menjalin kedekatan dengan Sultan Pontianak, Syarif Abdurrahman Al Qadri. Terlebih lagi, posisi Kesultanan pontianak lebih kuat karena mendapat dukungan VOC/Belanda.

Strategi Lo Fang Pak ternyata tepat , pada tahun 1789 Kesultanan Pontianak dengan bantuan Belanda berhasil merebut wilayah Kesultanan Mempawah.

Aliansi Hee soon yang semula mendukung penyerangan ini , Sultan Pontianak memberikan kewenangan yang lebih luas lagi kepada Lo Fang Pak untuk mengelola kongsi-kongsi Cina yang berada di bawah pengelolaannya di mulai sejak tahun 1793.

Republik Lanfang pun dideklarasikan meskipun masih bernaung di bawah Kesultanan Pontianak dan sebagian lagi berada di wilayah Kesultanan Sambas. Lo Fang Pak terpilih sebagai presiden dalam pemilihan umum (pemilu) pertama.

Status Republik Lanfang memang seperti negara yang berdiri di dalam wilayah negara lain. Namun, republik pertama di Nusantara ini memperoleh kewenangan yang sangat luas untuk mengelola wilayah dan rakyatnya sendiri.

Mereka juga mempunyai undang-undang sendiri untuk mengatur berbagai aspek kehidupan rakyatnya, dari tata negara, hukum, ekonomi, pendidikan, dan sektor-sektor penting lainnya.

Namun dengan syarat tetap harus membayar upeti bulanan kepada dua Kesultnan , yakni Pontianak dan Sambas.

Pendeklarian tersebut juga mendapat dukungan dari disnati Qing di Cina ,dan secara aktif juga Republik Lanfang mengirimkan upeti kepada disnati Qing di Cina.

Kemunduran Republik Lanfang mulai terlihat memasuki tahun 1880 , kemunduran tersebut di dasari oleh kuatnya pengaruh Belanda di Borneo dan Kalimantan Barat.

Presiden Republik Lanfang saat itu terpaksa meneken perjanjian di Batavia. Dengan demikian, Republik Lanfang berada di bawah kendali Belanda.

Bagi sebagian kongsi di Republik Lanfang yang tidak sepakat atas perjanjian itu , kemudian melakukan penyerangan terhadap Belanda.

Penyerangan itu menjadi kesalahan besar,Sebab Belanda berbalik menggempur Republik Lanfang dan berhasil ditaklukkan pada 1884.

Presiden terakhir, Liu Ah Sin, tewas yang membuat Republik Lanfang mengalami kehancuran total.

note :

Wikipediam.jpn.com tirto.id
Chinese Democracies:A Study of the Kongsis of West Borneo

Read More

12 July 2021

Ask Meriam Lada Sicupak, bukti Kesultanan Aceh dan Ottoman menjalin hubungan diplomatik yang harmonis AdityaDees

01:18 0
Indonesia adalah bangsa yang merdeka, Banyak kisah perjuangan melawan penjajahan seperti Portugis, Belanda, Inggris, dan jepang. Perlawanan itu di lakukan oleh semua Rakyat Indonesia, Salah satunya oleh masyarakat Aceh yang melakukan perlawanan terhadap penjajah menggunakan alat berat Meriam Lada Sicupak .

Meriam Lada Sicupak adalah sebuah meriam milik Kekaisaran Utsmaniyah yang diberikan kepada Kesultanan Aceh pada tahun 1631-1636. Meriam tersebut dinamai demikian karena merupakan hasil pertukaran antara hasil bumi Aceh berupa segenggam (bahasa Aceh: secupak) lada yang diberikan kepada Sultan Selim II.

Kejadian itu terjadi ketika Kesultanan Aceh mengirimkan sejumlah delegasi ke Konstantinopel, pusat pemerintahan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Mereka membawa sejumlah besar komoditas berharga untuk diberikan kepada penguasa setempat, Sultan Suleiman I al-Qanuni.

Namun tetapi, Begitu tiba di tujuan, para utusan Aceh tersebut tidak bisa langsung menemui Sultan al-Qanuni. Di karenakan pemimpin Utsmaniyah itu sedang melakukan pertempuran melawan Hungaria di Balkan dalam Perang Szigetwar.

Oleh sebab itu para delegasi yang di kirim harus menghabiskan waktu lebih lama di Konstantinopel untuk menunggu pertempuran selsesai.

Dengan usaha sendiri, mereka menyewa tempat dan mencari penghasilan dengan menjual berbagai komoditas yang dibawanya.

Sebelum pertemuan, para delegasi Aceh dengan sangat terpaksa sudah menjual semua komoditas lada yang mereka miliki, termasuk bagian yang sesungguhnya diniatkan sebagai hadiah kepada sultan Turki.

Yang tersisa di tangan mereka hanyalah secupak lada (1 cupak sama dengan seperempat gantang). Itulah yang dapat mereka tawarkan kepada Sultan Selim II.

Sultan Turki Usmani kemudian memutuskan untuk mengusahakan bantuan militer kepada Aceh. Tidak hanya ratusan personel pasukan, tetapi juga berbagai bentuk persenjataan yang canggih pada masanya.

Di antaranya adalah sebuah meriam yang belakangan dinamakan sebagai Lada Sicupak demi mengenang momen historis tersebut.

Peristiwa Lada Sicupak itu akhirnya meningkatkan hubungan politik-militer antara kekuatan Timur Tengah dan mitranya di Asia Tenggara. Sejak abad ke-16 Kesultanan Aceh dan Ottoman telah menjalin sebuah hubungan diplomatik yang cukup harmonis.

Bahkan hubungan tersebut dipertegas dengan dibuatnya mata uang berupa koin emas bertuliskan nama Sultan Aceh dan Sultan Ottoman yang berdampingan.

Sayangnya, bukti simbolis hubungan antara Aceh dan Turki itu tak bertahan lama. Pada 1873, Belanda berhasil melancarkan invasi kedua atas Banda Aceh.

Berbagai artefak dan persenjataan Aceh, termasuk Meriam Lada Sicupak, kemudian dikirimnya ke negara asal mereka di Eropa.

Namun, benda bersejarah itu kini disebut-sebut sudah berada di Aceh, tepatnya disimpan di Desa Blang Balok, Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.

Read More

10 July 2021

Ask Sukitman, Polisi yang lolos dalam peristiwa G30S/PKI dan menjadi saksi mata tragedi pembantaian di lubang buaya AdityaDees

09:33 0
Peristiwa kekejaman G30S/PKI meninggalkan coretan hitam dalam sejarah bangsa Indonesia. Seorang saksi sejarah peristiwa itu mengungkapkan pengalamnnya ketika ia hampir ikut menjadi korban.

Sosok itu bernama Sukitman, ia juga merupakan sebagai sosok yang berjasa dalam menemukan para korban penculikan Gerakan 30 September.

Informasi berharga yang Sukitman berikan terutama lokasi sumur maut yang menjadi kuburan para jenderal dan perwira Angkatan Darat, yang akhirnya berhasil ditemukan oleh pasukan RPKAD. Proses pengangkatan jenazah tersebut juga dibantu oleh prajurit KKO (sekarang Marinir TNI AL).

Sukitman lahir di Kelurahan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di usia 18 tahun, Soekitman merantau ke Jakarta dan lulus ujian seleksi masuk Sekolah Polisi Negara SPN Kramat Jati, Jakarta Timur, pada 1961.

Siswa Angkatan VII SPN Kramat Jati ini menyelesaikan pendidikannya pada Januari 1963 dan dilantik menjadi Agen Polisi Tingkat II. Ia pun memulai karier sebagai polisi di Markas Polisi Seksi VIII Kebayoran, Jakarta, sebagai anggota perintis dari Kesatuan Perintis/Sabhara.

Sukitman merupakan seorang polisi yang pada 1 Oktober 1965 dipaksa dan dibawa ke Lubang Buaya oleh komplotan Gerakan 30 September. Pada malam penculikan jenderal AD, Sukitman tengah berpatroli di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Pusat.

Lokasi penjagaan Sukitman tak jauh dari kediaman Mayjen Donald Isaac Pandjaitan yang juga jadi korban pembunuhan PKI, di malam 30 September 1965.

Saat berpatroli Sukitman mendengar suara tembakan yang diikuti rentetan letusan senjata. Ia bergegas menghampiri sumber suara dengan sepeda kumbangnya (hadiah bagi polisi berprestasi) ke arah kediaman Mayjen TNI (Anumerta) DI Panjaitan.

Namun, sekelompok orang menghadang dan menculiknya. Agen Polisi Tingkat II Soekitman ikut dibawa ke Lubang Buaya dengan ancaman senjata di kiri-kanan. Sukitman kemudian diseret dan dilemparkan ke dalam truk dalam keadaan tangan terikat dan mata tertutup.

Ketika truk pembawa Sukitman akhirnya berhenti. Dia dipaksa turun oleh si tentara. Penutup matanya langsung dibuka. Di sebuah ruangan terang dipakirkan.

Saat hari sudah mulai terang, dari jarak sekitar 10 meter Sukitman bisa melihat dengan jelas sekelompok orang mengerumuni sebuah sumur sambil berteriak, "Ganyang kabir, ganyang kabir! .

Di dalam sumur itu dimasukkan tubuh manusia yang langsung disusul oleh berondongan peluru. Sukitman sempat melihat seorang tawanan dalam keadaan masih hidup dengan pangkat bintang dua di pundaknya.

Setelah tutup matanya dibuka dan ikatannya dibebaskan, di bawah todongan senjata, sandera itu dipaksa untuk menandatangani sesuatu. Tapi kelihatannya ia menolak dan memberontak.

Orang itu diikat kembali, matanya ditutup lagi, dan diseret dan langsung dilemparkan ke dalam sumur yang dikelilingi manusia haus darah itu dalam posisi kepala di bawah," kenangnya.

Dengan perasaan tak keruan, Sukitman menyaksikan kekejaman demi kekejaman berlangsung di depan matanya, sampai ketika orang-orang buas itu mengangkuti sampah untuk menutupi sumur tempat memendam para korbannya.

Dengan demikian Sukitman bisa melihat dengan jelas siapa-siapa saja yang terlibat peristiwa yang meminta korban nyawa 7 Pahlawan Revolusi. Ia pun sempat melihat Letkol Untung, yang mengepalai kejadiah kelam dalam sejarah militer di Indonesia itu.

Ketikahari di mana Sukitman berhasil lolos dalam kejadian kelam tersebut, ia Segera melarikan diri dan melapor ke markas Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 3 Oktotber dan dipertemukan dengan Kolonel Sarwo Edi Wibowo.

Sukitman diminta membuat denah tempat pembuangan mayat para jenderal, untuk dijadikan petunjuk pasukan RPKAD menggerbek lokasi tersebut. Saat menjadi pemandu dengan dibawa Mayor CI Santoso dan ajudan Letjen Ahmad Yani, Kapten CPM Subarti, Sukitman nyaris tak bisa menemukan lubang yang dimaksud, lantaran tertimbun sampah. Kemudian di atasnya ditanamkan pohon pisang. Beruntung, lubang tersebut bisa ditemukan.

Karir Soekitman memang sedianya tak punya catatan cemerlang, tapi perannya sebagai saksi hidup peristiwa G30S hingga bisa jadi penuntut ditemukannya para jenderal itu, namanya mencuat.

Sukitman menerima penghargaan berupa kenaikan pangkat menjadi Agen Polisi Satu. Dia mendapatkan kenaikan pangkat dari AKP (Ajun Komisaris Polisi) menjadi AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi). Bintang Satria Tamtama diperolehnya bertepatan dengan Hari Kepolisian, 1 Juli 1966, dan Bintang Satya Penegak diberikan oleh Presiden Soeharto, tepat pada Hari ABRI, 5 Oktober 1966.

Polisi kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat pada 30 Maret 1943 itu setidaknya mendapati penghormatan di hari terakhirnya.

Sukitman yang wafat di usia 64 tahun di Rumah Sakit Bakti Yudha Depok pada 13 Agustus 2007, dihormati dengan upacara kemiliteran ketika disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.

Read More

01 June 2021

Ask Upacara Yandnya Kasada tradisi ritual masyarakat tengger AdityaDees

03:05 0
Yadnya Kasada atau dikenal juga dengan sebutan Kasada Bromo merupakan ritual tradisi Hindu masyarakat tengger. Biasanya ritual digelar oleh orang-orang Tengger dari empat kabupaten di Jawa Timur : Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo.

Ritual Kasada diadakan tiap tahun sekali pada hari ke-14 dalam bulan Kasada .Berkumpul di Pura Luhur Poten untuk memohon berkah dari Ida Sang Hyang Widi Wasa dan Dewa Mahameru ( Gunung Semeru ). Candi terdiri dari beberapa bangunan dan kandang yang disusun dalam susunan komposisi di halaman yang dibagi menjadi tiga mandala (zona), Mandala Utama , Mandala Madya dan Mandala Nista .

Ritual tersebut berfungsi sebagai cara untuk mengungkapkan penghargaan kepada dewa mereka, yang mereka yakini telah memberi mereka berkah, kelimpahan, dan kesejahteraan.

Titik awal prosesi Yadnya Kasada adalah Pendopo Agung Desa Ngadisari. Sesaji mulai dibagikan ke Pura Luhur Poten di tanah pasir yang dikenal sebagai Poten , tepat di bawah Gunung Bromo. Setelah ritual tersebut, para dukun pandita suku Tengger, tokoh masyarakat setempat, dan masyarakat Tengger berkumpul dan berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Dari kaki Gunung Bromo, orang-orang Tengger berjalan kaki membawa berbagai sesajian menuju kawah.Sambil berjalan mereka juga melampar sesajian berupa buah buahan, sayuran, hewan ternak, dan hasil bumi lainnya ke kawah sebagai Simbol pengabdian pada Sang Hyang Widhi, pengorbanan, penyucian diri, rasa syukur, penjagaan hubungan harmonis dengan alam, dan penghormatan pada leluhur mereka.

Selain ritual pelemparan hasil bumi dan ternak ke kawah, upacara Yadnya Kasada juga menampilkan ragam pertunjukan. Sebelum upacara dimulai, diselenggarkaan malam resepsi Yadnya Kasada dengan pementasan tari Sembilan Dewa serta tari Roro Anteng dan Joko Seger.

Tarian yang dianggap sakral oleh masyarakat Tengger ini mengisahkan legenda asal usul masyarakat Tengger. Ada pula pertunjukan tari tradisional lainnya. Tahun lalu pentas pula tari Jaranan Slinig Lumajang, tari Ponorogo, tari Hudoq Dayak dari Kalimantan Timur dan lain-lain.

Festival ini berasal dari legenda Majapahit, pada masa pemerintahan Raja Brawijaya. Menurut versi legenda menyatakan Tengger berasal dari gabungan nama dua leluhur mereka: Rara Anteng (Teng), putri raja Brawijaya, dan Joko Seger (Ger), putra seorang Brahmana Kediri. Keduanya menikah dan hidup di sekitar wilayah Penanjakan, tak jauh dari Gunung Bromo. Tapi mereka tak punya anak untuk waktu lama. Hingga akhirnya mereka berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

Rara Anteng dan Joko Seger berjanji jika punya anak, salah satu anaknya akan dikorbankan. Tak lama kemudian, Rara Anteng hamil dan melahirkan. Anak mereka berjumlah 25. Setelah lahir, salah seorang anak mereka, Raden Kusuma, menghilang. Mereka kemudian mendengar suara Raden Kusuma keluar dari kawah Gunung Bromo.

Penafasiran makna “memberi korban” adalah merujuk pada mendermakan sebagian hasil panen dan ternak ke kawah Bromo. Inilah asal muasal upacara Kasada. Versi legenda ini juga sejalan dengan versi sejarah. Menurut beberapa prasasti yang di temukan di sekitar pegunungan Bromo dan Negarakertagama, orang Tengger juga disebut telah bermukim di kawasan Tengger sejak masa Majapahit

Ritual adat Yadnya Kasada bertahan dan diwariskan dari lintas generasi . Makna ritualnya tetap terjaga pula. Beberapa pengamat asing mencatat jalannya upacara ini pada rentang abad ke-19-20.

Read More

29 May 2021

Ask Upacara Tiwah suku Dayak Kalimantan tengah AdityaDees

17:58 0
Mengupas budaya Indonesia memang tidak akan ada habisnya, Negeri ini memang terlalu kaya dengan ragam budayanya, terbentang luas dari Sabang hingga Merauke yang memiliki ribuan suku dengan masing-masing ritual adatnya. Kelahiran, pernikahan, hingga kematian dirayakan dengan cara yang berbeda. Inilah yang membuat Indonesia kaya akan budaya. Salah satunya masyarakat kalimantan Tengah dengan Ritual adatnya yaitu Tiwah.

Ritual Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak. Ritual ini merupakan Prosesi mengantarkan roh leluhur yang telah meninggal dunia ke lewu tatau (surga) bersama Ranying Hatalla (Sang Pencipta). Jenazah yang sudah dikubur akan digali lagi, tulang belulangnya dibersihkan, kemudian dimasukkan ke dalam balai nyahu.

Ritual juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.

Diperlukan persiapan panjang dan cukup rumit serta pendanaan yang tidak sedikit. Selain itu, rangkaian upacara prosesi Tiwah ini sendiri memakan waktu hingga berhari-hari , bahkan bisa sampai satu bulan lebih lamanya.

Terkadang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan Tiwah menjadi salah satu kendala bagi penduduk yang tingkat ekonominya rendah. Sehingga Tiwah baru dilakukan bertahun-tahun kemudian. Untuk memperingan biaya, Tiwah juga bisa dilakukan secara gotong royong oleh beberapa keluarga bahkan hingga satu desa.

Tiwah memiliki beberapa tahapan. Di antaranya, pertama keluarga harus mendirikan balai nyahu yang pembangunanya harus selesai dalam satu hari. Balai nyahu inimenjadi tempat sementara tulang-tulang yang telah dibersihkan. Selanjutnya, keluarga harus membuat anjung-anjung (bendera kain) sejumlah jenazah yang di Tiwahkan.

Setelah itu, tulang belulang jenazah akan dimasukan ke balai nyahu. Proses ini diyakini sebagai awal mula roh diantarkan ke Lewu Liau. Pada saat proses ini berlangsung, tabuh-tabuhan alat musik akan didendangkan secara terus-menerus.

Selanjutnya, keluarga melakukan tarian sakral Manganjan sambil mengelilingi sangkai raya (tempat anjung-anjung dan persembahan) dan sapundu (patung yang dipahat berbentuk manusia dan digunakan sebagai tempat mengikat kurban). Keluarga akan menari dengan riang gembira karena roh keluarga mereka akhirnya bisa diantarkan ke Lewu Liau.

Setelah Manganjan selesai, dimulailah acara menombak hewan kurban, seperti kerbau, dapi, dan babi, yang dilakukan oleh keluarga. Masyarakat percaya, cucuran darah dari hewan kurban akan mensucikan roh. Setelah hewan kurban mati, kepalanya lalu dipenggal dan dikubur di bawah sapundu yang diletakkan di samping sandung, sementara dagingnya dimasak dan dimakan bersama-sama.

Ritual Tiwah suku Dayak ini tergolong sebagai ritual yang sangat sakral. Pada ritual ini akan disajikan acara tari-tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

Puncak dari upacara ini ketika memasukkan tulang belulang yang disucikan dengan ritual khusus ke dalam Sandung, setelah sebelumnya menggelar acara penombakan para hewan - hewan kurban seperti sapi, kerbau dan babi.

Read More

15 May 2021

Ask Tas Noken dari Bumi Papua yang mendunia AdityaDees

21:58 0
Tanah Papua merupakan bagian wilayah indonesia yang paling timur. Kaya dengan suku ,budaya dan tradisi leluhur yang masih di pertahankan dari lintas generasi hingga saat ini.

Tak hanya itu, Pakaian adat dan attribute yang mereka gunakan juga sangat beragam dan menjadi daya tarik tersendiri . Salah satunya adalah tas Noken , sebuah karya unik dari Masyarakat Papua.

Tas Noken ini sendiri merupakan hasil karya asli buatan tangan mama-mama di Papua. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Mayoritas pengguna tas Noken berada di daerah pengunungan Papua tengah, seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.

Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat Noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah.

Bahan utama membuat Noken adalah dari kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan.Untuk ukuranya bervariasi, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi.

Variasi pewarnaan pada Noken juga sangat menarik ,karena dibuat dari pewarna alami dan proses pembuatan ini bisa mencapai 1-2 minggu, untuk Noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya.

Selain digunakan untuk wadah kebutuhan mereka ,Noken biasanya juga digunakan untuk hadiah atau kenang-kenangan para tamu yang bi baru pertama kali datang ke bumi Papua dan dipakai dalam upacara.

Pada awal Desember 2020 lalu, Noken muncul di halaman interface mesin pencarian Google. Di situ Tampak dua wanita yang berjalan dengan latar gunung dan lingkungan alam . Mereka menggendong bawaan menggunakan tas khas Papua yang membentuk dua huruf ‘o’ sehingga melengkapi kata Google.

Tanggal 4 Desember itu bertepatan dengan diakuinya noken sebagai warisan budaya tak benda (intangible heritage) UNESCO sehingga ditetapkan sebagai Hari Noken Sedunia.

Note :

4 Desember 2012 telah diputuskan sebagai warisan budaya Dunia tak Berbenda oleh UNESCO di Prancis oleh Arley Gill sebagai Ketua Komite, yang bertujuan untuk melindungi dan menggali kebudayaan tersebut.

Read More

13 May 2021

Ask Suku Osing Asli Banyuwangi AdityaDees

21:26 0
Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan yang sangat luar biasa salah satunya adalah kekayaan budaya dan masyarakat multikultur yang ada hampir di semua kepulauan di Indonesia, termasuk suku osing.

Suku Osing ialah suku asli indonesia, yang merupakan penduduk asli Banyuwangi atau disebut juga dengan Laros (akronim daripada Lare Osing) atau"Wong Blambangan".

Mayoritas penduduk Suku Osing menempati beberapa kecamatan dikabupaten Banyuwangi bagian tengah dan bagian timur, berada di Kecamatan Songgon, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Blimbingsari, Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Kabat, Kecamatan Licin, Kecamatan Giri, Kecamatan Glagah dan sebagian berada di Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Kalipuro dan Kecamatan Sempu yang berbaur dengan komunitas suku yang lain seperti Suku Jawa dan Madura. Sebagian juga berada di Kecamatan Srono, Kecamatan Cluring, Kecamatan Gambiran dan Kecamatan Genteng.

Pada awalnya, masyarakat Osing mayoritas beragama Hindu dan Budha. Namun, setelah berkembangnya kerajaan islam, masyarakat Osing banyak yang beralih memeluk agama Islam. Selain itu, di tengah modernisasi dengan perkembangannya yang kian pesat, suku Osing di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, berhasil mempertahankan budaya tradisionalnya hingga saat ini.

Dalam berkomunikasi sehari-hari , penduduk suku Osing menggunakan bahasa "Osing". Dulunya bahasa ini di pengaruhi oleh bahasa Bali dan turunan dari bahasa Jawa Kuno. Bahasa Jawa Kuno ini dipergunakan dalam kesusastraan Jawa-Bali yang di tulis sejak abad ke-14, dan terus hidup sampai abad ke-20.

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara.

Suku Osing sendiri memiliki beberapa Kesenian yang sangat unik dan banyak mengandung unsur mistik seperti kerabatnya Suku Bali dan Suku Tengger. Kesenian utamanya tersebut antara lain Gandrung Banyuwangi,Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong, Kuntulan, Kendang Kempul, Janger, Jaranan, Jaran Kincak, Angklung Caruk dan Jedor.

Kesenian lain yang masih aktif dipelihara dan di mainkan adalah tembang dolanan, khususnya oleh kalangan anak usia sekolah. Contohnya adalah Jamuran dan Ojo Rame-Rame. Biasanya digunakan untuk mengiringi anak-anak dalm bermain. selain untuk itu ,lagu yang bersyair pendek ini juga mempunyai nilai-nilai positif, misalnya tembang "Ojo Rame-Rame" yang memgajarkan nilai Patriotisme.

Masyarakat Osing juga mempunyai tradisi puputan, seperti halnya masyarakat Bali. Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771.

Tradisi

1. BARONG IDER BUMI

Mungkin kita lebih mengenal Barong sebagai pertunjukan tari dari Bali. Dalam mitologi Bali, Barong adalah perlambang kebaikan, roh pelindung. Musuhnya ialah Rangda si tukang sihir jahat. Seni drama tari yang mengisahkan pertempuran Barong melawan Rangda, lazim disuguhkan sebagai atraksi wisata, dan sudah dikenal oleh banyak kalangan.

Berbeda lagi dengan di Banyuwangi, Jawa Timur. Ada Ritual Upacara adat yang bernama Barong Ider Bumi, yang dilangsungkan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Barong Ider Bumi merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke – 2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing, suku asli Banyuwangi,di desa Kemiren.

Tradisi yang dilaksanakan setiap tanggal 2 Syawal serta dimulai pukul 14.00 WIB (jam 2 siang) ini, bukan tanpa alasan. Bagi masyarakat Osing Kemiren, angka 2 adalah simbol ciptaan Tuhan, dimana sesuatu di dunia ini diciptakan Tuhan secara berpasang- pasangan seperti siang dan malam, laki-laki dan perempuan dan seterusnya.

Masyarakat Osing pantang melakukan tradisi ini di luar waktu tersebut, karena dipercaya malah mendatangkan bencana atau musibah bagi masyarakat. Waktunya digeser saja bisa mendatangkan kematian pada keluarga yang melestarikan barong. Dan itu pernah terjadi.

Acara Barong Ider Bumi ini merupakan agenda tahunan yang rutin di gelar dengan swadaya masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memasukkan atraksi budaya Barong Ider Bumi sebagai salah satu rangkaian agenda pariwisata Banyuwangi Festival.

2. TUMPENG SEWU

Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Osing, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar seminggu sebelum Idul Adha.

Tradisi ini akan diawali ritual Mepe Kasur. Beramai-ramai warga menjemur kasur di sepanjang depan rumah masing-masing dari pagi hari hingga menjelang sore. Kasur yang dijemur juga bukan sembarang kasur.

Namun kasur khas warga Kemiren, yang cirinya berwarna hitam dan merah. Masyarakat Osing ini meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit.

“Begitu matahari terbit, kasur akan segera dikelurakan dan di-pepe di depan rumah setiap orang, sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Penjemuran ini dari jam 07.00 hingga pukul 14.00, sebelum Ashar dimasukkan kembali.

“Tepat pukul 14.00, usai warga memasukkan kasurnya dan akan dilakukan arak-arakan Barong mengelilingi desa. Yang sebelumnya sesepuh desa melakukan ziarah ke makam leluhur Desa Kemiren, Buyut Cili,”.

Selanjutnya ritual ini akan diteruskan dengan menggelar selamatan tumpeng sewu. Setiap rumah warga Using mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Tumpeng ini adalah nasi dalam bentuk kerucut dengan lauk pauk khas Using, yakni pecel pithik (ayam panggang dibalut parutan kelapa).

“Ritual ini akan dimulai sesudah adzan maghrib, . Sebelum makan tumpeng sewu warga akan di ajak berdoa agar warga Desa dijauhkan dari segala bencana, dan sumber penyakit, karena ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala. Sebab itulah warga Osing menjaga tradisi itu hingga turun menurun.

Setelah itu akan dilanjutkan penyalaan oncor ajug-ajug (obor bambu berkaki empat) dari ujung jalan desa sebagai penerang jalan. Uniknya, api pertama penyalaan obor ritual ini diambil dari api biru (blue fire) Gunung Ijen.

Setelah obor dihidupkan, seluruh warga akan menggelar tumpengnya di depan rumah masing-masing, untuk dimakan bersama-sama.

Tumpeng yang disuguhkan setiap warga nantinya berbentuk kerucut yang memiliki makna petunjuk untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, di samping kewajiban untuk menyayangi sesama manusia dan lingkungan alam.

Sementara pecel pithik sebagai lauk pelengkap mengandung pesan moral yang tinggi, yakni "ngucel-ucel barang sithik". Diartikan mengajak orang berhemat dan bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya.

Ritual yang digelar setiap tahun ini selalu dihadiri ribuan warga Banyuwangi. Setiap pengunjung yang datang dipersilahkan untuk menikmati hidangan, karena sudah menjadi tradisi warga Using Kemiren untuk menjamu setiap tamu yang datang.

3. NGOPI SEPULUH EWU

Ribuan kopi akan dihidangkan setiap rumah di sepanjang jalan utama Desa , yang panjangnya mencapai 1,5 kilometer. Kopi dan jajanan khas akan disajikan di pelataran rumah bagi siapapun tamu yang hadir.

Wangi kopi pun akan mengular malam itu dari sepuluh ribu cangkir yang terhidang. Membuat hangat suasana desa yang terletak di kaki Gunung Ijen.

"Istilah Sak Corot Dadi Saduluran ini yang jadi inspirasi kami menggelar Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang telah kita gelar rutin sejak empat tahun lalu. Minum kopi bersama ini menjadi sarana mempererat jalinan silaturahmi antar masyarakat Using yang sudah terkenal keramahan dan keluwesannya,"


Festival ngopi ini akan dikemas dengan cantik. Digelar malam hari, pelataran rumah warga akan disulap menjadi ruang tamu dadakan. Meja kursi tamu yang diusung keluar akan tersaji bubuk kopi dan jajanan khas Banyuwangi, seperti klemben (bolu khas Banyuwangi), pisang rebus, serabi, lanun, lopis, rengginang, aneka kripik hingga ketan.

Di festival ini, setiap orang bisa duduk di halaman rumah siapa saja. Sang empunya rumah akan menyambut dan mengajak tamu yang hadir untuk mencicipi kopinya.

Selain itu, di festival ini juga akan digelar berbagai aktivitas dalam bentuk pameran, mulai sesi cupping atau seni menghirup aroma, menyeruput, dan meneguk kopi.

"Selain bisa menikmati kopi yang terhidang di halaman rumah-rumah warga, para wisatawan juga bisa mengikuti pameran kopi lewat booth (tenda) yang disediakan panitia. Pameran kopi tersebut sudah dilangsungkan 2 hari sebelum pelaksanaan Festival Ngopi Sepuluh Ewu.

Note :

Jarang ditemukan karya sastra bahasa Osing dengan aksara Jawa, mengingat tulisan mantra-mantra dalam bahasa ini banyak dituliskan dalam Abjad Pegon, bukan aksara Jawa"

Read More

https://payclick.com/

Contact us for advertising.