Adityads Blogs
18:26
0
Huruf ini sering digunakan sebagai petunjuk tempat umum ,nama jalan atau plang sekolahan, dengan di tulis nama resmi bahasa Indonesia dengan aksara Latin,serta di kombinasikan dengan tulisan abjad Korea.
Buton terkenal dengan sejarahnya sebagai pusat penyebaran agama Islam. Mungkin harusnya aksara dengan arab gundul yang tepat di gunakan bahasa suku Cia-Cia. Namun stetapi, penggunaan arab gundul dirasa kurang tepat karena ketika bahasa Cia-Cia dituliskan dengan arab gundul, maknanya jadi berubah.
Mata pencaharian Suku Cia-Cia adalah bercocok tanam ,seperti jagung, padi dan singkong. Sebagian juga penduduk Cia-Cia bekerja sebagai pencari ikan atau pembuat kapal. seluruh jumlah penduduk Cia-Cia sekitar 80 ribu jiwa.
Suku Cia-cia pernah menjadi sorotan berita di Korea karena menggunakan huruf hangul dalam buku pelajarannya.
Aksara korea masuk dan berkembang di Cia-Cia sejak Tahun 2008,saat seorang pemakalah asal Korea, Prof Chun Thay Hyun datang. Aksara ini diajarkan kepada anak sekolah ,mulai dari tingkat SD hingga SMA.
Alasan suku Cia Cia menggunakan aksara Hangul karena untuk melestarikan bahasa daerahnya, karena aksara hungeul dinilai ada kesamaan dalam pelafalan dan struktur bahasa dengan Korea.
Dalam postingan Korea Times sendiri menyebutkan jika penggunaan Hangul Korea untuk memberikan kemudahan kepada para masyarakat suku Cia-cia dalam berkomunikasi lewat tulisan, pasalnya pengucapan bahasa Cia-cia sangat mirip dengan Korea.
Kemudian Pemkot Bau-Bau bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan menggelar Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara.
Pemerintah Kota Bau-Bau juga bekerja sama dengan Hunminjeongeum Research Institute, lembaga riset bahasa Korea, untuk menyusun bahan ajar kurikulum muatan lokal mengenai bahasa Cia Cia dengan huruf Korea pada anak sekolah.
Beberapa siswa, guru, serta masyarakat suku Cia Cia, dan pihak Pemkot Bau-Bau pernah diundang ke Korea untuk menunjukan kemampuan menulis huruf Hangul untuk bahasa Cia-Cia. Bahkan, beberapa guru dari Korea juga pernah didatangkan langsung ke Bau-Bau untuk mengajarkan huruf Hangul.
Sebelum mengenai hangeul, bahasa Cia-cia merupakan salah satu bahasa lokal atau bahasa etnik yang ada di Indonesia. Bahasa ini dituturkan oleh etnis-etnis Cia-cia yang sebagian besar tinggal di kecamatan Sorawalio Kota Bau-Bau.
Etnis Cia-cia merupakan salah satu etnis besar di Buton. Penutur bahasa Cia-cia berasal dari empat subetnis, yaitu :
- Laporo
- Burangasi
- Wabula
- dan Lapandewa
Pengambilan kebijakan pemerintah tentang penggunaan aksara Hangeul di Cia-cia menjadikan bahasa lokal mereka terancam punah. Meski keputusan itu berdasarkan beberapa aspek yang menguntungkan masyarakat.
Namun, nilai-nilai kebudayaan di Cia-cia akan terkikiss dengan masuknya budaya luar ke daerah tersebut. Secara logis tentu masyarakat Cia-cia mampu berkiprah di ranah internasional dengan menggunkan bahasa Hangeul.
Sehingga tercipta jalinan komunikasi antar budaya. Sayangnya hal itu akan berdampak negatif pada generasi berikutnya, di mana mereka tidak akan mengenal bahasa nenek moyang mereka.