Aku Memutuskan - AdityaDees

Hot

https://publishers.chitika.com/

Contact us for advertising.

09 August 2014

Aku Memutuskan

Entah kenapa banyak kenangan yang hilang diTahun ini, mungkin karena aku memilih melupakannya atau aku tak ingin mengingatnya dan biarkan aku bercerita tentang yang aku ingat saja.. ya yang aku ingat saja..

---------------------
Aku memainkan laptop di taman kampusku, mencari segala informasi yang bisa aku gali untuk memperoleh biaya yang cukup banyak dan memang jalan terbaiknya ada menjual diri dan itu lebih mudah dan cepat.. ya.. dibagian ini mungkin aku akan dengan terbuka sedikit membahas masalah itu.. jadi aku harap diantara kalian yang mempunyai pendapat buruk, jangan pernah membaca bagian ini..

Ayah membutuhkan biaya yang super dalam tahun ini, dimana semua usaha yang dilakukan ibu dan adikku sedang dalam kondisi lemah.. Dan aku yang masih bertahan dengan pekerjaanku.. yaa.. pekerjaan yang hanya bisa aku ambil sedikit untuk tabungan nantinya.. Reza sudah tak ada lagi.. Tama yang berjanji akan kembali bahkan dia tak kembali.. dan Tara bagaimana dia mau membantuku, sementara dia masih dibiayai ortunya..

Anggap saja gejolak jiwaku bisa aku atasi atas segala cobaan yang ada sebelum akhirnya aku memutuskan untuk mengambil jalan muda dibalik jalan sulit yang aku tempuh.. dan aku masih ingat dengan jelas tanggal berapa dan jam berapa aku merelakannya.. ya aku merelakannya menjamah tubuh yang tak pernah tersentuh ini..

================================================================

9/10 Oktober 2010

" kamu yakin queen ?" suara lemah fida tak tedengar sedikitpun.. " kamu nggak perlu lakuin ini ? aku bisa bantu semampuku kalo kamu butuh.. aku nggak mau kamu lakuin ini " dia masih mencoba merayuku untuk mengurungkan niat.. Aku masih terpaku pada kaca yang ada dikamarnya.. kemudian dia memalingkan posisiku ke arahnya dan memegang tanganku " sehebat apapun masalahmu, jangan lakukan ini.. aku harap kamu merubah pikiranmu " dia berkata lembut
" bukankah kamu melakukannya ?" aku bertanya lirih terhadapnya
" justru karena aku tau bagaimana rasanya, makannya aku nggak mau kamu rasain juga "
" tapi kenapa yang lain tak kau larang "
" mereka berbeda queen.. berbeda denganmu.. aku tak mau kau menyesalinya seumur hidupmu.. sama seperti ku.. cukuplah aku menjadi bagian kelam itu.. jangan kau "
" tapi aku tak bisa fi.. aku butuh "
" itulah alasanmu dan kau akan terus melakukan pembelaan disetiap kalinya "
" bisa kah aku memilih ?" aku meneteskan air mataku
" bisa.. pasti bisa "
" berikan aku pilihan fi " aku berkata lirih
" jangan lakukan queen.. aku mohon "
" keluargaku.. bisakah aku memilih ?" aku sedikit terisak dibalik ketegaran ini
" ada jalan lain queen.. masih banyak "
" berikan jalan itu fi.. aku bukan lelah fi.. aku hanya tak bisa menunggu lebih lama menyaksikan keluargaku seperti ini.. aku tak marah, aku bersyukur dan aku mengerti.. tapi aku tak bisa menunggu lagi untuk kesakitan keluargaku fi " aku mulai terisak dalam tangisku, dan fida berada pada keheningan " aku tak akan marah.. tak akan menyesali atau membenci diriku.. aku hanya tak bisa menunggu fi.. " aku mengulang kalimat yang terus menerus membuatku tegar.. namun apa daya air mataku trus saja menetes dan semakin deras ya sederasnya air hujan saat dia jatuh sejatuh-jatuhnya ke bumi..
" pasti ada queen.. pastii " fida menangis dan kami saling berpelukan " aku mohon jangan "
" nggak ada fi.. sudahlah.. biarkan aku memutuskannya "
" aku nggak bakal biarin kamu masuk kedalam sana.. aku nggak gila biarin kamu rasain yang aku rasain "
" tapi aku nggak gila buat kamu bertahan disana untuk bantu aku.."
" bukan itu queen.. aku sudah masuk buat apa harus menjaganya.. semnetara kamu.. kamu tak akan pernah masuk "
" belum fi.. dan akan.. biarlah ini menjadi dosaku dan biarlah ini menjadi pilihan akhirku "
" kamu gilaaa " plak.. sebuah tamparan mendarat dipipiku..
" bahkan sebelum masuk aku sudah ditakdirkan akan tersakiti.. bukankah pelacur sudah terbiasa dengan tamparan.. dan kau semakin memperjelas bahwa aku akan menjadi seorang pelucur kan ?"
" udah.. cukup.. jangan pernah berpikir sedikit pun untuk kesana "
" aku sudah fi.. tolong dukung aku.. aku hanya perlu seseorang menguatkanku .. bukankah dulu kau yang menggoda mengajakku "
" apa kamu bodoh.. itu hanya bercanda.. bagaimana aku akan mendukung orang yang sayang melakukan hal yang aku benci dan dipandang hina "
" tolong fi.. tolong.. sekali ini.. untuk memulai dukung aku " aku masih menangis dalam rintihan terisakku begitu juga fida..

Hening---- Hanya itu yang tersisa dalam malam tanpa akhir percakapan.. Fida memilih diam dan mengiyakan dalam tangisan air matanya.. Dan begitupun aku memilih diam dalam sisa pengharapan air mataku.. Aku merapikan badanku, dibantu olehnya.. Dan sisa tangisku harus menghilang dalam waktu singkat.. Dan fida dia masih menangis membantuku merapikan wajahku.. Dia memandang dalam dan mengelus pipiku.. dan ternyata memang dia masih ingin berbicara..

" selepas malam ini, aku tak akan melihat rona merah pipimu.. garis indah wajahmu.. bahkan polosnya senyummu.. " dan aku.. hanya terdiam ya terdiam dalam jeritan hatiku.. aku memilih diam.. aku mencoba menghibur diriku..
" bukankah aku akan tetap cantik ?" aku bertanya dengan senyum lirih ke arahnya
" yaa.. kau cantik queen.. cantik sekali.. melebihi bidadari syurga lainnya.. kau teramat cantik " dia mengelus rambut hitam lurus panjang milikku dengan sedikit menahan tangisannya.." kau cantik sekali " dia benar-benar menahan tangisnya..
" dan aku berharap begitu fi.. ini mungkin akan jadi penyesalanku seumur hidup fi.. tapi aku tak mau menyesal karena tak bisa berkorban untuk orang yang aku sayang.. memang.. mereka tak menginginkanku seperti ini.. tapi biarlah aku korbankan diriku dan tak mengorbankan yang lainnya.. aku harap fi tau "
" justru karena aku tau.. karena aku tau lebih dari yang kau bayangkan, aku menangisimu "
" makasih fi " aku mengenggam erat lengannya yang masih mengelus rambutku..
" sudahlah.. apapun yang aku bilang tak akan merubahmu "
" jadi dukunglah aku fi.. aku mohon " dia hanya mengangguk lemah.. aku tersenyum lemah kepadanya "makasih banyak fi " dia hanya diam dan masih merapikanku..
" sudah.. lihatlah jadinya " dia mengarahkanku ke depan kaca..

Aku melihat diriku yang biasa dan masih sama tanpa polesan darinya.. dan aku mengerti apa yang hendak dia tunjukan kepadaku..
" aku nggak akan berubah fi "
" iya.. jadilah dirimu sendiri.. jika memang kau harus mencoreng catatan hidupmu.. jadilah dirimu.."
" iyaa.. dan aku memang tepat memilihmu untuk mendukungku.. terimakasih " aku memeluknya, kali ini tangis kami sudah reda.. kurasa..
" tapi haruskah ?"
" ini pilihanku fi.. karena ini pilihan terakhirku " aku membenarkan segalanya untuk yang akan aku lakukan dan fida hanya mengangguk..

Aku dan fida menghabiskan waktu yang tersisa untuk berbincang.. dan seikit mengenang masa indah yang tak akan aku rasakan lagi.. ya fida sudah menjadi contoh untuk kisah kelam seorang pelacur.. dan aku akan menjadi bagian didalam hinaan itu.. dan aku mungkin sudah siap.. dan harus siap untuk kedepannya.. ya harus siap..

Beberapa waktu dalam keheningan.. fida membiarkanku merenungi semuanya.. Aku memandang jam ditangaku.. dan terus memandangnya.. terlihat kegugupan didiriku.. apa aku hentikan saja.. hatiku terus berontak.. ya berontak untuk menghentikannya..

" kamu bisa membatalkannya kalo nggak mau ?" fida berkata lembut dan aku menggeleng " aku harus bisa fi "
" menegrtilah.. ini bukan hal yang mudah kamu lakukan dan terima "
" aku bisa fi.. dia juga masih perjaka kan "
" bukan masalah kamu perawan dan dia perjaka atau tidak.. tapi masalah hatimu queen.."
" aku siap fi.. apapun itu " aku mempertegas kesanggupanku.. dia menghela nafas berat dan panjangnya.. " setidaknya kau leboh dewasa dariku untuk mengetahui kedepannya "
" aku akan mencoba menjadi dewasa fi " aku masih melihat jam tanganku dengan gugup..
" batalkanlah.. masih ada 10 menit tersisa " aku memandang jam tanganku dengan sangat lama sekali.. seakan waktu yang terlewati aku ingin hentikan.. dan aku menggeleng..

-----------------------
" aku pergi fi, dia udah didepan " aku berkata gugup ke fida
" kamu yakin ?" dia bertanya berkali-kali kepadaku " kamu bisa membatalkannya " dan aku mengeleng lemah.. meninggalkan fida yang mulai menangis kembali..
" aaah.. bodohnya aku menangisimu.. " dia berkata marah disaat aku pergi meninggalkannya dan aku tak menoleh kebelakang untuk melihatnya.. Aku berjalan keluar kos dengan perasaan gugup.. kulihat ada mobil yang sedang parkir didepan kos.. dan memang itu dia, karena dia mengintruksikan ku untuk naik kedalam mobil berwarna silver.. dan aku memberanikan diri berjalan kearah mobil membuka pintu dan masuk kedalamnya.. Kudapati sosok lelaki yang terlihat menawan dan polos, kulitnya putih, tubuhnya tak terlalu kurus atau gemuk dan wajahnya menyenangkan, dia juga tinggi.. sebenarnya sosok yang sempurna jika saja tak seperti ini cara bertemunya..

Aku hanya diam dan tertunduk didalam mobil, aku sudah berpikir dia akan sedikit merabahku atau mencoba bertindak cabul terhadapku.. yaa.. tapi itu tak dilakukannya mala dia biasa saja dan terlontar sedikit ucapan gombalnya..

" lebin cantik dari yang difoto " dia tak memalingkan wajahnya kearahku dan tetap fokus menyetir.
" eh... " aku hanya bisa mengucapkan itu..
" iyaa.. cantikan aslinyaa " dia menguntai senyum dibibirnya.. dan aku hanya terdiam.. salahnya aku sudah memikirkan kejadian buruk yang akan menimpahku jadi aku tak bisa bersikap ramah terhadapnya..
" nggak nyaman ya ?"
" eh.. nggak kok "
" suka makan apa ?"
" apa aja "
" nggak nyaman kan ?"
" maksudnya ?"
" ya.. cuek banget kayaknya.. kalo nggak nyaman kita balik aja "
" eh.. maaf.. "
" udah nggak apa.. mungkin masih malu kali ya "
" iyaaa " aku menjawab sekenahnya dengan suara lemah

Kami berhenti di salah satu restoran, dia mengajakku makan dan sedikit berjalan-jalan.. Dan entah apa yang ada dipikirannya.. Aku berharap dia tak akan meniduriku dan hanya membayarku untuk hal ini, tapi aku terlalu dini dibuatnya bahagia.. ternyata memang niatnya untuk meniduriku.. Karena tujuan terakhir kami tetaplah hotel.. Dia mungkin membawaku makan dan jalan untuk menghilangkan canggungku.. Ya.. tapi tak berhasil.. Aku tetap saja canggung.. Aku hanya memegangi tas ku dengan erat..

----------------------
Sesampainya dikamar hotel aku memilih duduk di sofa.. ya aku diam disana menciut tak bisa melakukan apa pun.. Sementara dia sepertinya mengerti apa yang aku rasakan.. tapi tetap saja dia tak akan mengurungkan niatnya.. Sekitar 1 jam kami bersama didalam kamar, namun tak ada apa-apa dan hanya keheningan yang terasa, sampai dia melontarkan pertanyaan dari atas tempat tidur..
" kamu yakin ?"
" maksudnya ?"
" iya.. aku dari tadi nunggu penolakanmu.. nggak mungkin kamu mau-mau ajah.. karena kamu nggak langsung ngajakin ML, tapi kamu justru mau aku ajak kemana-mana dulu.. atau kamu pura2 nggak tau kerja gini "
" emang aku bisa milih nolak sementara aku butuh " aku menjawab sinis " nggak kan ?"
" trus kenapa mau ?"
" aku jawab juga nggak merubah keputusanmu kan ?"
" iya sih.. tetep aja aku mau nidurin kamu " dia sama sekali nggak merasa canggung mengucapkannya " karena dari sekian banyak entah kenapa aku cuma tertarik sama kamu, padahal kamu biasa aja, tapi kamu mempesona "
" trus ngapain pake basa basi tanya segala "
" nggak ada, pengen tau aja "
" aku nggak mau kamu tau "
" kenapa.?" dia bangun dari tidurnya dan duduk memandangku heran " bukannya cewek kayak kamu biasanya suka diperhatiin "
" biasanya, aku bukan cewek biasa " aku masih ketus menjawabnya
" mungkin ini yang aku suka " dia mendatangiku dan duduk disebelahku " aku tau pasti kamu beda.. selepas ini masih mau jalan sama aku nggak ?"
" pelanggan ya pelanggan, nggak ada hal yang lain "
" idealisme mu tinggi tapi sayang terlalu bodoh "
" terserah.. yang tau hidupku kan aku.. bukan kamu "
" lebih pintar dari yang aku bayangin, pasti ada hal lain kan ?"
" mau lanjut atau cuma ngobrol ?" aku semakin ketas terhadapnya, merasa terusik dengan pertanyaan pribadinya
" nah.. akhirnya berhasil juga kan.. ya pasti aku mau lanjutlah.. aku kan nunggu kamu yang mau duluan " seketika jantung terasa berhenti.. aku justru membiarkannya menguasai emosiku.. yaa.. aku terdiam sejenak.. dan dia sudah mulai menjamah tubuhku.. sementara aku hanya diam mematung..
" tasnya taruh dong " dia berbisik lembut ditelingaku sambil menyingkirkan tasku.. ya TUHAN.. tolong aku.. aku mohon.. aku mohon hentikan tangisan ini.. Dan dia berhenti mengelus lengan serta pundakku, berdiri menjauh dariku.. Aku pikir akan lama.. tapi dia hanya mematikan lampu dan membiarkan cahaya remang menemani kami dan aku salah.. Dia BRENGSEK.!
" aku nggak mau liat cewek nangis, jadi bagusan gini ajah " seakan berhati dingin dia berkata kepadaku..
" udah berapa cewek ?" aku menguatkan suaraku agar keluar dari mulutku yang terkunci..
" baru kamu, makannya aku nggak mau yang pertama nangis.. aku maunya bahagia "
" kamu tau aturannya kan ?"
" iyaa.. iya.. nggak bakal aku sentuh bibirmu " dia masih disampingku " udah aah.. nggak usah ngomongin yang lain " dia mulai melanjutkan apa yang memang menjadi imblana baginya karena membayarku.. ya aku bisa dibayar olehnya.. itulah aku, wanita yang derajatnya rendah dimata orang.. yang bahkan tak berbuat apapun saat seorang membeli tubuhku dan menjamahnya dengan sesuka hatinya.. Jika aku sedikit menikmatinya itu bukankah reaksi biologis.. namun hatiku menangis merontah bahkan air matakupun menetes perlahan saat dia mulai menikmati tubuhku.. ya dia mulai mempermainkan tubuh sesukanya..

" aku baru, tunjukin dong " dia berkata lembut kepadaku, dan aku tak bisa menamparnya bahkan saat aku ingin. justru aku mebiarkannya bahkan menuntunnya ke hal yang dia inginkan.. ya yang dia inginkan..

" tahan ya.. nggak bakal sakit kok " dia berkata lembut ditelingaku lagi dan lagi.. aku semakin membencinya.. namun apa dayaku.. aku harus melakukannya.. dan aku masih terlarut lamunan dalam kebencianku terhadap semua ini.. dia menghujamkannya dengan perlahan.. dan aku benar-benar menjerit sejadi-jadinya..
"aaaaaaahhh.. sakit... " aku mendorongnya dengan spontan..
" sorry.. aku nggak sengaja.. aku nggak tau bakal sesakit itu " dia meminta maaf kepadaku.. tapi apalah arti maaf itu.. mungkin dia sopan tak memaksa kehendaknya tapi tetap saja aku harus melakukannya.. " yodah istirahat dulu, tenangin dirimu dulu atau kekakamr mandi dulu sana " tetap saja dia akan menginginkannya.. ya dia menginginkannya..

aku mengambil handuk berjalan kekamar mandi.. menangis didalam menahan suaraku.. kuraba dan kulihat tanganku sudah berdarah yaa berdarah.. aku kehilangan sebagian dari kesucianku.. Haruskah aku lakukan itu.. oh TUHAN maaf kan aku.. maafkan aku yang melakukan dosa besar ini.. maaf kan aku.. aku menangis tertahan sambil menghidupkan keran..
" heii.. kamu masih ada kan ?" suaranya terdengar dari balik pintu.. " hei.. kamu nggak apakan ?" dia mengetuk pintu lebih keras..
" sebentar " aku mencoba mencuci wajah sembabku.. dan keluar dari kamar mandi dengan wajah tertunduk.. dia sudah ada dihadapanku saat aku berjalan keluar melewatinya dia memegang pundakku..
" hei.. kamu beneran nggak apa2 ?" dia bertanya kahwatir dan aku hanya mengangguk.. Dia memelukku " maafin aku " aku hanya diam tak bersuara.. dan walau dia meminta maaf, dia akan melakukannya lagi walau dengan perlahan.. Dan memang benar adanyaa...

Masih terasa perih dan sakit yang teramat sangat di bagian kemaluanku, tapi aku mencoba menahannya sepanjang perjalanan.. Dan dia mengantarku di depan kos fida pagi-pagi buta itu karena aku tak mau tidur di hotel sampai pagi dan dia mengerti akan semuanya.

" masih bisa berhubungan sama kamu ?" dia bertanya memastikan
" sebagai pelanggan iya, yang lain nggak " aku berkata lemah dan dia hanya terdiam menjawab pelan " seharusnya bukan cara gini kita ketemu, tapi sudahlah.. aku terima.. Selamat pagi .. " dia tersenyum.. Dan aku mengangguk keluar dari dalam mobilnya..

Dia berlalu meninggalkanku, aku berjalan ke depan kos fida karena aku minta diturunkan sedikit jauh dari pintu kos.. Dengan lemah dan sangat lemah aku berjalan.. tanpa sadar.. PLAK..!!! tamparan dasyat mendarat dipipiku.. Aku mencoba melihat sosok itu dalam keterkejutanku menahan sakit dipipiku, bukan sakit yang aku rasakan yang membuatku menangis tapi sosok yang ada didepanku yang membuatku menangis.. Tara, dia menamparku dan kuliat didepan pagar ada fida yang mematung menahan suaranya dengan tangannya..

" kamu udah gila queen !! apa yang kamu lakuin !!" dia berteriak ke arahku
" makasih ra, dengan kamu kayak gini, kamu nunjukin apa posisiku sebenernya " aku masih mencoba tegar.
" kamu pikir itu jalan satu2nya !!" dia tak bisa mengendalikan emosinya.
" coba kasih aku pilihan ra.. coba.. kamu boleh menghinaku, merendahkanku bahkan meludahiku.. tapi kasih aku pilihan kalo aku bisa milih.. belum lagi habis kekesalanku.. kau sudah menambahkannya ra.. kalau kau tak bisa berbuat apapun untukku apa nggak lebih bagus kau diam.? jangan menuntutku untuk menjadi baik tapi aku ada dalam kesusahan dan kau tak membantuku.. kalau kau tak mau mengenalku terserah.. aku sudah cukup menerima penolakanmu malam ini tanpa basa basimu dan aku sudah mulai belajar dibuang semenjak malam ini.. jadi pergilah kalau kau mau pergi.. dan kalau kau sudah pergi, jangan pernah kembali karena aku tak akan ada untukmu lagi " aku menangis meronta atas ketidak adilan dari sikapnya padaku.. Dan dia dengan keras kepalanya memutuskan meninggalkanku seperti yang lain..
" terserah, aku nggak bakal campuri lagi " Dia pergi dengan amarahnya dan berlalu.. fida berlalu menarik tangan tara dan mencoba menahan dan menjelaskannya bukannya tara mengerti tapi justru dia menghempaskan tangan fida dengan dalam dan berlalu meninggalkan ku.. Tak menoleh sedikitpun tanpa salam perpisahan..
Fida menghampiriku dan menangis.. ya menangis yang semakin membuat suasana pilu.. Sementara aku sudah kehabisan air mata untuk menangis..
" queen.. maafin aku.. harusnya ini nggak terjadi "
" sudahlah.. aku nggak apa kok.. udah jangan nangis lagi "

Aku memutuskan mengajak fida ke kamar.. hari ini sudah sangat kacau suasana hatiku dan sudah sangat lelah tubuhku.. Aku memilih memikirkannya besok atau tak sama sekali.. ya pilihan yang akan lebih membuatku semakin menjadi orang lain dalam hidupku.. Dan aku memang memilih, pilihan terakhirku..

Aku masih terjaga dalam tidurku, ya bagaimana aku bisa tidur sementara aku baru saja mengalami hal yang menyedihkan dalam hidupku.. Kehilangan.. aku kehilangan semuanya kecuali keluargaku.. Dan itu sudah cukup membuatku bahagia, mengingat senyuman mereka dan segala cinta yang mereka berikan itu membuatku merasa jauh lebih baik.. ya.. Terimakasih TUHAN telah menghadirkan mereka disisiku, karena mereka yang akan membuatku bertahan atas semuanya..

Hapeku bergetar.. ada sms masuk, dari siapa ? bukankah aku masih memakai nomer baru untuk pelangganku.. apa mungkin dia.. aku coba membuka sms, dan ternyata memang dia..
aku mau tlp, tapi aku rasa kamu nggak mau diganggu.. Semoga tidurmu nyenyak, jika dia tak bisa menerimamu. aku bisa..

Seketika aliran darahku berdesir.. dia melihat apa yang terjadi pagi ini.. dan dia mengetahuinya dengan jelas.. bukankan dia sudah pergi atau dia kembali lagi dan melihat adegan sinetron yang memilukan pagi ini.. ya hidupku seperti sinetron memang.. yang penuh dengan kesedihan dan tangis walau tak setiap hari.. Tapi ya sudahlah.. aku memutuskan membalas smsnya..
makasih.

Dan aku memilih membenamkan wajahku dibantal.. bahkan sakit yang masih membekas dibagian kemaluanku pun tak bisa menghilangkan sakit saat tara ada dihadapanku dan memberikan sakit yang teramat dalam pagi ini.. ya pagi ini.. terimakasih untukmu yang tak akan pernah kembali kepadaku.. terimakasih untuk yang sempat mengisi hariku dengan segala senyum indahmu.. dan terimakasih tlah mencintaiku.. TARA

================================================================

No comments:

Post a Comment

Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah

https://payclick.com/

Contact us for advertising.