Dia begitu singkat hadir dalam hariku.. Tapi dia akan membawa sejuta
hadiah tak terduga dalam hidupku.. Jalan hidup yang aku rasa akan
membosankan dan biasa saja berubah karenanya.. karena dia membawa
sesuati yang tak aku mengerti itu apa.. bukan kebahagiaan juga bukan
kesedihan.. aku tak pernah tau itu apa.. tapi dia bisa masuk dalam
hidupku tanpa aku sadari... dan lihat saja apa yang akan diperbuat
olehnya terhadapku..
------------------------
Sudah 2 minggu berlalu semenjak kejadian itu.. Liburan ini anda aku kirim pulang ke kampung karena dia akan merasa bosan disini.. berhubung udang tabunganku masih ada dan nilai dia sudah pasti bagus, tanpa menunggu hasil dia sudah aku kirim pulang membantu keluarga dirumah.. Aku menghabiskan waktu fokus dengan pekerjaan paruh waktuku.. Bagi sebagian orang ini hanya pekerjaan biasa dan tak menghasilkan apa-apa.. Tapi bagiku ini begitu berharga.. Disiang hari aku banyak menfokuskan diri untuk memanjakan diriku yang hanya aku dapatkan 6 bulan sekali..
Jangan tanya soal nilaiku, karena aku sibuk memikirkan yang lainnya.. Tentu saja aku mengalami ujian ulang dan demo projek ulang.. Walau ibu kahwatir dengan perkuliahanku yang menurun dan tak seperti nilai anda, tapi aku tak memikirkannya.. karena aku punya alasan.. Biarkan dia bangga pada anda.. dan biarkan aku yang diam dan mengalah.. ya aku hanya akan membahagiakan mereka dalam lukaku.. itulah aku..
Sesekali dia datang ke kafe walau hanya sekedar tersenyum dan menyapaku.. dan aku tak begitu menghiraukannya karena memang aku sedang kerja.. biasanya dia mengajakku berbicara dan memesan pesanan terhadapku dan dia akan pulang.. tapi entah kenapa hari ini dia begitu betah disini..
" Sstttttt " dia menyapaku saat aku melewatinya dengan senyum konyolnya.. aku hanya mendongakkan kepalaku menandakan ada apa..
" pulang aku tunggu yaa " aku hanya berlalu meninggalkannya.. karena aku sedang sibuk dengan pekerjaanku..
" cieee yang ditungguin " fida sudah meuncul disamping ku dan menggodaku.. sementara aku fokus merapikan pesanan pelanggan di nampanku.. " apaan.. kerja sana.. jangan gosip trus "
" diih.. sok jutek.. " dia masih berusaha menggodaku.. namuan aku memilih cuek dan meninggalkannya.. sedikit terlihat olehku ekspresi rio yang berubah dan akhir-akhir ini dia lebih memilih diam terhadapku..
---------------------
" lama amat " dia sudah muncul didepan pintu kafe
" siapa yang nyuruh kamu nunggu "
" iyaaa deh iyaaa.. si fida mana ?" dia melihat ke dalam kafe
" masih beres-beres.. kamu ada perlu apa.?"
" nggak ada.. mau ajak pulang bareng sih kalo mau "
" nggak bisa.. aku lagi males.. "
" yaudah deh.. kalo besok siang jalan mau ?" dia bertanya dengan harapan
" nggak.. capek "
Kami masih sesekali mengobrol.. bukan mengobrol, tepatnya dia yang lebih banyak berceloteh dan bertanya.. sedang asik kami mengobrol, ada suara merdu nan nyaring yang menyapaku dan tak asing.. sangat tak asing sekali..
" kak queen " baru saja aku hendak menoleh ke arah suara itu.. tubuhku sudah dihujani pelukan kuat yang membuatku sempoyongan.. aku coba menyeimbangkan diri dari rasa kagetku.. ku coba memperhatikan seseorang yang ada dipelukanku.. sepertinya tak asing dan memang benar.. dengan air mata yang sudah membasahi bahuku dia trus memelukku..
" renan ?" aku masih bertanya bingung apakah ini dia atau bukan.. sementara D hanya terheran melihat posisiku..
Tak butuh berapa lama.. sosok yang aku harapkan hadir namun tak ku harap hadir ada di hadapanku.. Renan masih memelukku dengan tangisnya.. Entah apa yang terjadi aku tak mengerti, biarlah mereka yang menceritakannya tanpa perlu aku bertanya seperti yang lalu-lalu.. biarlah semua mengalir apa adanya..
" kamu kenapa ren ?" aku mencoba menenangkannya dan mengelus rambut indahnya.. tapi dia masih menangis terisak.. aku coba memandang sosok yang sangat aku rindukan.. pandanganku masih sama penuh cinta kepadanya.. dia satu dari yang lain yang mengisi hatiku dengan cinta.. dan dia mengerti apa yang aku maksud..
" dia nangis trus.. minta ketemu kamu.. kangen katanya.. aku udah bilang besok.. tapi dia maksa sampe matanya bengkak.. yaudah aku bawa kesini.. kebetulan jam segini kamu biasanya baru pulang" dia menjelaskan dengan nada lemah kepadaku..
" udah ren.. udah.. besok-besok kakak main kerumah yaa.. udah jangan nangis lagi " aku berusaha menenangkannya dengan nada lembut..
" janji.. " dia berusaha berkata disela tangisannya
" iyaa janji.. kakak nggak akan ingkar kok " aku tersenyum kepadanya mengusap tangisnya " udaah.. jangan nangis lagi ya.. udah besar kok.. ialng cantiknya " dia mulai tersenyum..
" abis kangen sama kakak.. kak tama nggak mau nganterin ke kakak.. trus nomer kakak dihapus dari hape.. renan juga belum sempet catet nomer kakak.. trus kakak nggak pernah tlp lagi.. " dia menjelaskan panjang lebar.. sementara tama hanya diam tanpa kata dan aku sedikit memandang sinis terhadapnya karena penjelasan renan..
" yaudah.. sekarang kan udah ketemu.. jadi jangan nangis.. besok-besok kakak sering main kerumah kok.. ini kakak udah libur kuliahnyaa "
" beneran kak ?" dia bertanya girang
" iyaa.. janji kok " aku tersenyum memeluknya.. kuabaikan mereka yang ada disekelilingku.. " sekarang pulang geh sama mas tama "
" nggak mau.. mau sama kakak pulangnya... ya kak ya.. tidur bareng renan yaa "
" nggak bisa dek.. pulang sama kak tama ya besok kakak main kerumah deh "
" tuh kan.. " dia sudah menangis lagi " jahat semuanya.. cuma mas reza yang baik.. semua jahat " dia sudah menangis lagi.. dan aku yang saat itu sedikit mengukir kenangan lalu.. mencoba menenangkannya dibalik kesakitanku akan nama yang dia sebutkan..
" iyaa.. yodah kakak ikut pulang.. udah jangan nangis lagi yaa " aku mencoba menenangkannya sebelum terjadi prasangka atas orang disekitar kami " sebentar ya.. disini dulu sama kak tama " aku langsung menarik tangan mengisyaratkan D menjauh dari mereka dan D mengikutiku.. tama hanya melihat kami dan renan mengangkuk disela tangisnya yang sudah mulai reda..
" aku nggak bakal tanya apa-apa " D sudah tersenyum kepadaku sebelum aku menjelaskannya..
" makasih.. maaf yaa... aku kesana dulu.. kamu hati-hati pulangnya " aku sudah meninggalkannya.. entahlah.. D seakan mengerti dan dia hanya tersenyum tanpa sempat berkata apapun.. Sedikit kulirik dia saat menghampiri renan dan tama.. Dia sudah berjalan ke mobilnya dan menatapku..
" aku bilang fida dulu ya.. renan disini sama mas tama.. nanti temen kakak nyariin soalnya "
" jangan lama ya kak " aku mengangguk dan tersenyum ke renan.. berlalu mencari fidan didalam kafe dan pamitan kepadanya.. memberikan kunci kosku, kalau saja dia mau main kesana, dia sedikit bingung dengan kejadian malam ini.. tapi aku hanya bisa berkata "nanti aku ceritain.. oke.. dahh " dan aku berjalan keluar menghampiri renan dan tama..
" yodah yuk.. " aku mengajak mereka pulang.. renan sudah menggandeng tanganku dengan manja.. kesalahn terbesar karena aku mengenalnya.. tapi dialah yang akan berperan dalam kondisi ini.. dan TUHAN sepertinya sudah mengaturnya..
Kami berjalan bersama.. Tama tepat disebelah renan.. dan renan ada diantara kami berdua yang dalam kebisuan saling tak berkata namun saling memiliki makna tersirat yang tak akan bisa dijelas.. Antara aku dan tama ada sesuatu yang memang dirancang entah itu apa, dengan melibatkan tokoh dalam ceritaku.. Dan mengapa harus ada hati yang terluka dan kejadian pilu lainnya jika ini sejatinya akan menjadi kisahku dan dia.. Sampai saat ini aku tak mengerti apa yang akan TUHAN sajikan untukku.. Yang aku anggap hilang kembali.. Yang tak ku harapkan hadir.. Semoga ini akan menjadi baik kedepannya bukan menjadi kisah yang semakin pilu.. Harapanku malam itu..
Aku dan renan duduk dibelakang, dia trus menempel kepadaku.. Wajahnya sudah lelah.. Namun kecantikannya tak memudar, hanya saja matanya terlihat sangat bengkak.. Mungkin dia capek seharian menangis merengek kepada tama..
" tidur sini " aku memberikan pangkuanku kepadanya.. dan dia langsung tanpa basa basi menidurkan kepalanya dipangkuanku.. dan aku tau tama mengintip kami sesekali dari kaca seipon didepan.. hanya saja aku memilih diam dan mengelus rambut hitam renan yang indah dan terawat.. " jangan nangis lagi ya besok-besok.. kan udah besar " aku berkata lembut kepadanya.. dia hanya tersenyum memejamkan matanya..
Jika aku tumbuh tanpa proses yang membuatku harus mengerti dan memahami banyak hal, mungkin aku akan seperti renan.. Gadis belia yang polos, sorot matanya yang bercahaya dan pemikiran yang tulusnya.. tak lupa, sedikit sifat manjanya akan kesepian.. Dia masih belum cukup dewasa dalam berpikir, sehingga dia melampiaskan apa yang dia rasakan dengan sifat manjanya.. Jadi, disini aku yang akan coba mengerti dan memahaminya.. yaa.. dia satu dari bagian hidupku yang akan ku ingat nantinya..
Renan sudah tertidur dengan pulasnya.. aku bisa merasakannya.. Ini kondisi yang tidak mengenakan bagiku ataupun baginya.. Kami tak saling berkata ataupun menyapa.. Kami tak saling bertatap.. dan aku hanya diam memandang keluar jendela mobil.. Namun ada hal lain yang terucap darinya..
" Dia pernah bilang samaku ' Kalau kau melihat seorang gadis yang selalu melihat keluar jendela dengan tatapan sendunya, maka kejarlah gadis itu ' " suara lemah tama menjadi satu-satunya yang aku dengar malam itu.. dan aku hanya diam.. karena aku tau dia akan melanjutkan perkataannya meski sedikit lama.." aku nemuin gadis itu, tapi yang disayangkan gadis itu milik dia.." suara masih lemah dan sedikit sendu.. " saat aku kehilangan, dia yang nemenin aku, cuma dia orang yang dukung aku sampe aku bangkit dan itu berkat kamu.. dia nggak punya banyak waktu tapi dia selalu bahagia dan itu karena kamu.. semua karena kamu.. bahkan renan pun menyukaimu.. semuanya menyukaimu.. bahkan aku.. akupun mulai menyukaimu saat melihatmu pertamakali di kafe itu.. saat aku tau, dia sangat menyukaimu lebih dari hidupnya.. aku sadar kalo aku nggak tau diri udah suka sama kamu, maafin aku za.. maaf.. " perkataan lemahnya menyadarkanku akan kondisi yang memang tak memihak kepadanya.. dia diam.. diam setelah mengucapkan kata ini.. aku yang memang tidak tahan dengan semuanya.. memilih sedikit berbicara kepadanya.. masih ada esok untuk membicarakannya.. biarlah malam ini semua berjalan dengan apa adanya..
" aku tau ma.. " hanya itu yang bisa aku ucapkan.. " fokus nyetirnya "
Hening...
Hatiku semakin berontak ingin bertanya dan menyampaikan semua apa yang aku rasakan terhadapnya.. Aku ingin menyampaikan semua sakit yang aku rasa, aku ingin menjerit dan memberitahunya semua yang aku bendung selama ini.. Tapi, aku memang tak bisa.. Aku memilih diam.. Biarlah saatnya semua akan tersampaikan dengan sendirinya.. Dia sudah cukup menderita dengan bertemu ku lagi.. Esok masih akan ada hari bersamanya.. (mungkin)..
Sampai dirumah renan.. hanya ada satpam yang menjaga rumahnya.. Semuanya sepi.. Renan yang tertidur aku bangunkan dengan lembut..
" re.. renan.. ayooo bangun.. udah sampe nih " dia bangun dengan wajah ngantuknya.. melihat sekeliling yang memang benar rumahnya " yuk turun " aku memcoba membantunya.. Tama membukakan pintu mobil renan dan membantunya.. Aku, tentu saja turun sendiri.. renan yang butuh bantuan bukan aku..
Kami berjalan ke rumah.. renan masih mengantuk saat menggandengku.. sepertinya dia memang lelah karena menangis tak henti-hentinya hari ini..
" langsung tidur ajah yaa " aku berkata kepadanya.. " kamarnya dimana ?" dia hanya mendongakan kepalanya sambil bergumam tak jelas yang membuatku bingung, tama yang mengerti langsung mengarahkan kami ke kamar renan..
Sampai dikamar, renan langsung berbaring tanpa banyak kata, aku merapikan selimutnya.. sementara tama menyalahkan AC dan keluar kamar, sepertinya renan memang tidur dengan menggunakan AC..
" kak.. mau kemana.? " kali ini suaranya nyaring dan jelas
" eh.. keluar dek "
" sini ajah.. temenin renan sampe tidur ya kak "
" iyaaa.. " aku membalasnya dengan senyuman dan naik ke kasurnya.. " yaudah bobok sini " aku memelukanya dan mengelus rambutnya.. dia sudah meringkuk di pelukanku dengan senyumnya..
Tak butuh waktu lama untuk renan agar tertidur, karena memang dia sudah ngantuk dan lelah.. cepat saja untuk dia terlelap.. Aku yang memang tidak tahan dengan dingin memutuskan untuk tidur diluar, setidaknya masih ada sofa.. Tama, mungkin dia sudah pulang karena tidak mungkin dia akan tinggal disini..
Aku membersihkan diriku dulu.. Tak mengganti bajuku, karena aku memang tak membawa baju.. Selesai berberes aku keluar kamar, Aku berjalan kedapur mencari sesuatu yang bisa dimakan karena perutku yang sedikit keroncongan.. Kulihat sekeliling rumah sepertinya tak ada tanda-tanda dari tama, dia memang pulang sepertinya.. Sampai didapur aku membuka kulkas, tak ada makanan.. Minuman juga tak ada.. Aku mencoba melihat isi lemari yang ada didapur.. Semuanya kosong.. dan hanya ada air putih.. Kenapa semuanya kosong.. Apa renan nggak ada persediaan sedikit pun.. Bahkan pembantupun nggak ada.. Perutku sudah berontak kelaparan.. Kalau beberapa waktu lalu aku malas makan, sekarang justru aku sering lapar..
Aku hanya minum air putih sambil duduk di meja makan.. Diam memandang jalan kearah taman, dimana aku bisa melihat yang reza lihat.. sudah lama juga ternyata kenangan bersama reza, tapi sakit yang aku rasakan masih terasa.. tapi sudahlah.. aku sudah mencoba mengikhlaskan dan bersahabat dengan rasa sakitku.. dan lamunanku begitu indah kali ini..
" nih.. laperkan ?" tama membuyarkan lamunan indahku dengan sekantong bungkusan..
" eh.. apa ini ?" aku melihat kedalam bungkusan
" makanan.. aku tau kamu pasti laper " dia berkata cuek sambil duduk disebelahku
" makasih.. " aku menjawab singkat
" abis makan tidur geh "
" nanti kalo ngantuk juga tidur.. "
" kalo nggak suka AC, kamar kosong yang masih dirawat cuma kamar reza, tidur sana ajah.. kalo takut aku temenin kok " dia berkata seakan dia kuat, padahal dia lemah.. menyebutkan nama dan kamar itu membuatku teringat akan sakit dan bahagiaku.. aku memilih memendamnya dan tak mau merusak malam ini saat aku memilih bersahabat dengan sakitku..
" kamu nggak pulang ?" dia hanya diam..
" buruan dimakan geh.. nanti pingsan lagi "
" iyaaa.. makasih yaa " aku mengeluarkan makanan yang dia beli dari supermarket
" oyaa.. tadi aku nemu krengsengan yang masih buka.. sampe pagi.. mau makan disitu nggak.?" dia bertanya kepadaku
" enak nggak.? "
" enak kok.. mau nggak.?"
" ehm.. mau sih.. tapi masak aku kayak gini "
" gampang.. yukk " dia menarik tanganku..
" kemana ?"
" ikut ajah.. "
Bukan keluar rumah, kami justru ke kamar reza.. tama menghidupkan lampu kamar reza.. Masih bisa aku merasakan sosoknya hadir disini diantara aku dan tama, tapi dia tetap menjadi khayalku bukan nyataku..
" ngapain kesini ?" aku bertanya bingung dengan suara lemahku dan tama mengerti bagaimana perasaanku saat melihat aku memandang sekeliling kamar dan potretku dan reza..
" reza punya koleksi baju yang dia beli khusus untukmu.. semua jenis baju ada.. kamu pakek ajah.. pilih sendiri " tama membuka lemari yang berjejer dikamar reza.. sebagian bajunya dan sebagian baju untukku.. dan memang benar yang dikatakannya.. itu memang ukuranku, warna kesukaanku dan semuanya tentangku..
Aku mulai melihatnya secara perlahan.. dan entah kenapa yang ada dihatiku tak bisa aku bendung.. aku menangis.. ya menangis lagi.. Tama memelukku.. tanpa kata..
" dia bodoh.. bodoh banget.. " cuma itu yang terucap dari sekian banyak perasaan yang ada.. " suka sama cewek kayak aku.. bodoh.. " aku hanya bisa mengucap itu dalam isakku.. tama memelukku dengan hangat..
" maaf.. aku nggak maksud bikin kamu nangis "
Aku masih menangis dalam peluknya untuk beberapa saat, meluapkan semua yang aku rasakan.. Cinta reza yang begitu tulus.. pengorbanannya yang tak bisa aku balas, membuatku menjadi orang paling jahat yang pernah ada didunia.. Entahlah.. perasaan bersalah menghantuiku.. Ditambah lagi aku punya kejiwaan yang berbeda dari yang lainnya.. Tapi bagaimanapun juga aku harus tetap bangkit dari semuanya.. Aku menguatkan hatiku..
" nggak apa kok.. " aku melepaskan pelukan tama dengan perlahan " aku siap-siap dulu ya.. kamu tunggu diluar ajah "
" iyaa.. pake baju yang agak hangat ya " dia tersenyum meninggalkanku..
Dan aku mengganti bajuku dengan baju yang memang hangat untuk digunakan dini hari.. Anggap saja hari ini akan menjadi kisah baru bagiku dan bagi semua yang ada dihidupku.. Entah bagaimana nantinya ini akan berlalu.. yang pasti.. Aku tak akan pernah menghindar dari apa yang ada dihidupku..
Kesempurnaan itu ada.. Jika ada yang menganggapmu sempurna tanpa sebuah alasan.. Dan bahagia akan datang jika dia yang menganggapmu sempurna melengkapi segalah harimu dengan seyum yang terkembang.. Aku.. Masih disini dalam diam.. memandangmu.. menyapa cintamu yang mulai menyapaku.. dan aku tak tau ini akan berakhir seperti apa.. yang aku tau.. AKU JATUH CINTA.!
------------------------
Sudah 2 minggu berlalu semenjak kejadian itu.. Liburan ini anda aku kirim pulang ke kampung karena dia akan merasa bosan disini.. berhubung udang tabunganku masih ada dan nilai dia sudah pasti bagus, tanpa menunggu hasil dia sudah aku kirim pulang membantu keluarga dirumah.. Aku menghabiskan waktu fokus dengan pekerjaan paruh waktuku.. Bagi sebagian orang ini hanya pekerjaan biasa dan tak menghasilkan apa-apa.. Tapi bagiku ini begitu berharga.. Disiang hari aku banyak menfokuskan diri untuk memanjakan diriku yang hanya aku dapatkan 6 bulan sekali..
Jangan tanya soal nilaiku, karena aku sibuk memikirkan yang lainnya.. Tentu saja aku mengalami ujian ulang dan demo projek ulang.. Walau ibu kahwatir dengan perkuliahanku yang menurun dan tak seperti nilai anda, tapi aku tak memikirkannya.. karena aku punya alasan.. Biarkan dia bangga pada anda.. dan biarkan aku yang diam dan mengalah.. ya aku hanya akan membahagiakan mereka dalam lukaku.. itulah aku..
Sesekali dia datang ke kafe walau hanya sekedar tersenyum dan menyapaku.. dan aku tak begitu menghiraukannya karena memang aku sedang kerja.. biasanya dia mengajakku berbicara dan memesan pesanan terhadapku dan dia akan pulang.. tapi entah kenapa hari ini dia begitu betah disini..
" Sstttttt " dia menyapaku saat aku melewatinya dengan senyum konyolnya.. aku hanya mendongakkan kepalaku menandakan ada apa..
" pulang aku tunggu yaa " aku hanya berlalu meninggalkannya.. karena aku sedang sibuk dengan pekerjaanku..
" cieee yang ditungguin " fida sudah meuncul disamping ku dan menggodaku.. sementara aku fokus merapikan pesanan pelanggan di nampanku.. " apaan.. kerja sana.. jangan gosip trus "
" diih.. sok jutek.. " dia masih berusaha menggodaku.. namuan aku memilih cuek dan meninggalkannya.. sedikit terlihat olehku ekspresi rio yang berubah dan akhir-akhir ini dia lebih memilih diam terhadapku..
---------------------
" lama amat " dia sudah muncul didepan pintu kafe
" siapa yang nyuruh kamu nunggu "
" iyaaa deh iyaaa.. si fida mana ?" dia melihat ke dalam kafe
" masih beres-beres.. kamu ada perlu apa.?"
" nggak ada.. mau ajak pulang bareng sih kalo mau "
" nggak bisa.. aku lagi males.. "
" yaudah deh.. kalo besok siang jalan mau ?" dia bertanya dengan harapan
" nggak.. capek "
Kami masih sesekali mengobrol.. bukan mengobrol, tepatnya dia yang lebih banyak berceloteh dan bertanya.. sedang asik kami mengobrol, ada suara merdu nan nyaring yang menyapaku dan tak asing.. sangat tak asing sekali..
" kak queen " baru saja aku hendak menoleh ke arah suara itu.. tubuhku sudah dihujani pelukan kuat yang membuatku sempoyongan.. aku coba menyeimbangkan diri dari rasa kagetku.. ku coba memperhatikan seseorang yang ada dipelukanku.. sepertinya tak asing dan memang benar.. dengan air mata yang sudah membasahi bahuku dia trus memelukku..
" renan ?" aku masih bertanya bingung apakah ini dia atau bukan.. sementara D hanya terheran melihat posisiku..
Tak butuh berapa lama.. sosok yang aku harapkan hadir namun tak ku harap hadir ada di hadapanku.. Renan masih memelukku dengan tangisnya.. Entah apa yang terjadi aku tak mengerti, biarlah mereka yang menceritakannya tanpa perlu aku bertanya seperti yang lalu-lalu.. biarlah semua mengalir apa adanya..
" kamu kenapa ren ?" aku mencoba menenangkannya dan mengelus rambut indahnya.. tapi dia masih menangis terisak.. aku coba memandang sosok yang sangat aku rindukan.. pandanganku masih sama penuh cinta kepadanya.. dia satu dari yang lain yang mengisi hatiku dengan cinta.. dan dia mengerti apa yang aku maksud..
" dia nangis trus.. minta ketemu kamu.. kangen katanya.. aku udah bilang besok.. tapi dia maksa sampe matanya bengkak.. yaudah aku bawa kesini.. kebetulan jam segini kamu biasanya baru pulang" dia menjelaskan dengan nada lemah kepadaku..
" udah ren.. udah.. besok-besok kakak main kerumah yaa.. udah jangan nangis lagi " aku berusaha menenangkannya dengan nada lembut..
" janji.. " dia berusaha berkata disela tangisannya
" iyaa janji.. kakak nggak akan ingkar kok " aku tersenyum kepadanya mengusap tangisnya " udaah.. jangan nangis lagi ya.. udah besar kok.. ialng cantiknya " dia mulai tersenyum..
" abis kangen sama kakak.. kak tama nggak mau nganterin ke kakak.. trus nomer kakak dihapus dari hape.. renan juga belum sempet catet nomer kakak.. trus kakak nggak pernah tlp lagi.. " dia menjelaskan panjang lebar.. sementara tama hanya diam tanpa kata dan aku sedikit memandang sinis terhadapnya karena penjelasan renan..
" yaudah.. sekarang kan udah ketemu.. jadi jangan nangis.. besok-besok kakak sering main kerumah kok.. ini kakak udah libur kuliahnyaa "
" beneran kak ?" dia bertanya girang
" iyaa.. janji kok " aku tersenyum memeluknya.. kuabaikan mereka yang ada disekelilingku.. " sekarang pulang geh sama mas tama "
" nggak mau.. mau sama kakak pulangnya... ya kak ya.. tidur bareng renan yaa "
" nggak bisa dek.. pulang sama kak tama ya besok kakak main kerumah deh "
" tuh kan.. " dia sudah menangis lagi " jahat semuanya.. cuma mas reza yang baik.. semua jahat " dia sudah menangis lagi.. dan aku yang saat itu sedikit mengukir kenangan lalu.. mencoba menenangkannya dibalik kesakitanku akan nama yang dia sebutkan..
" iyaa.. yodah kakak ikut pulang.. udah jangan nangis lagi yaa " aku mencoba menenangkannya sebelum terjadi prasangka atas orang disekitar kami " sebentar ya.. disini dulu sama kak tama " aku langsung menarik tangan mengisyaratkan D menjauh dari mereka dan D mengikutiku.. tama hanya melihat kami dan renan mengangkuk disela tangisnya yang sudah mulai reda..
" aku nggak bakal tanya apa-apa " D sudah tersenyum kepadaku sebelum aku menjelaskannya..
" makasih.. maaf yaa... aku kesana dulu.. kamu hati-hati pulangnya " aku sudah meninggalkannya.. entahlah.. D seakan mengerti dan dia hanya tersenyum tanpa sempat berkata apapun.. Sedikit kulirik dia saat menghampiri renan dan tama.. Dia sudah berjalan ke mobilnya dan menatapku..
" aku bilang fida dulu ya.. renan disini sama mas tama.. nanti temen kakak nyariin soalnya "
" jangan lama ya kak " aku mengangguk dan tersenyum ke renan.. berlalu mencari fidan didalam kafe dan pamitan kepadanya.. memberikan kunci kosku, kalau saja dia mau main kesana, dia sedikit bingung dengan kejadian malam ini.. tapi aku hanya bisa berkata "nanti aku ceritain.. oke.. dahh " dan aku berjalan keluar menghampiri renan dan tama..
" yodah yuk.. " aku mengajak mereka pulang.. renan sudah menggandeng tanganku dengan manja.. kesalahn terbesar karena aku mengenalnya.. tapi dialah yang akan berperan dalam kondisi ini.. dan TUHAN sepertinya sudah mengaturnya..
Kami berjalan bersama.. Tama tepat disebelah renan.. dan renan ada diantara kami berdua yang dalam kebisuan saling tak berkata namun saling memiliki makna tersirat yang tak akan bisa dijelas.. Antara aku dan tama ada sesuatu yang memang dirancang entah itu apa, dengan melibatkan tokoh dalam ceritaku.. Dan mengapa harus ada hati yang terluka dan kejadian pilu lainnya jika ini sejatinya akan menjadi kisahku dan dia.. Sampai saat ini aku tak mengerti apa yang akan TUHAN sajikan untukku.. Yang aku anggap hilang kembali.. Yang tak ku harapkan hadir.. Semoga ini akan menjadi baik kedepannya bukan menjadi kisah yang semakin pilu.. Harapanku malam itu..
Aku dan renan duduk dibelakang, dia trus menempel kepadaku.. Wajahnya sudah lelah.. Namun kecantikannya tak memudar, hanya saja matanya terlihat sangat bengkak.. Mungkin dia capek seharian menangis merengek kepada tama..
" tidur sini " aku memberikan pangkuanku kepadanya.. dan dia langsung tanpa basa basi menidurkan kepalanya dipangkuanku.. dan aku tau tama mengintip kami sesekali dari kaca seipon didepan.. hanya saja aku memilih diam dan mengelus rambut hitam renan yang indah dan terawat.. " jangan nangis lagi ya besok-besok.. kan udah besar " aku berkata lembut kepadanya.. dia hanya tersenyum memejamkan matanya..
Jika aku tumbuh tanpa proses yang membuatku harus mengerti dan memahami banyak hal, mungkin aku akan seperti renan.. Gadis belia yang polos, sorot matanya yang bercahaya dan pemikiran yang tulusnya.. tak lupa, sedikit sifat manjanya akan kesepian.. Dia masih belum cukup dewasa dalam berpikir, sehingga dia melampiaskan apa yang dia rasakan dengan sifat manjanya.. Jadi, disini aku yang akan coba mengerti dan memahaminya.. yaa.. dia satu dari bagian hidupku yang akan ku ingat nantinya..
Renan sudah tertidur dengan pulasnya.. aku bisa merasakannya.. Ini kondisi yang tidak mengenakan bagiku ataupun baginya.. Kami tak saling berkata ataupun menyapa.. Kami tak saling bertatap.. dan aku hanya diam memandang keluar jendela mobil.. Namun ada hal lain yang terucap darinya..
" Dia pernah bilang samaku ' Kalau kau melihat seorang gadis yang selalu melihat keluar jendela dengan tatapan sendunya, maka kejarlah gadis itu ' " suara lemah tama menjadi satu-satunya yang aku dengar malam itu.. dan aku hanya diam.. karena aku tau dia akan melanjutkan perkataannya meski sedikit lama.." aku nemuin gadis itu, tapi yang disayangkan gadis itu milik dia.." suara masih lemah dan sedikit sendu.. " saat aku kehilangan, dia yang nemenin aku, cuma dia orang yang dukung aku sampe aku bangkit dan itu berkat kamu.. dia nggak punya banyak waktu tapi dia selalu bahagia dan itu karena kamu.. semua karena kamu.. bahkan renan pun menyukaimu.. semuanya menyukaimu.. bahkan aku.. akupun mulai menyukaimu saat melihatmu pertamakali di kafe itu.. saat aku tau, dia sangat menyukaimu lebih dari hidupnya.. aku sadar kalo aku nggak tau diri udah suka sama kamu, maafin aku za.. maaf.. " perkataan lemahnya menyadarkanku akan kondisi yang memang tak memihak kepadanya.. dia diam.. diam setelah mengucapkan kata ini.. aku yang memang tidak tahan dengan semuanya.. memilih sedikit berbicara kepadanya.. masih ada esok untuk membicarakannya.. biarlah malam ini semua berjalan dengan apa adanya..
" aku tau ma.. " hanya itu yang bisa aku ucapkan.. " fokus nyetirnya "
Hening...
Hatiku semakin berontak ingin bertanya dan menyampaikan semua apa yang aku rasakan terhadapnya.. Aku ingin menyampaikan semua sakit yang aku rasa, aku ingin menjerit dan memberitahunya semua yang aku bendung selama ini.. Tapi, aku memang tak bisa.. Aku memilih diam.. Biarlah saatnya semua akan tersampaikan dengan sendirinya.. Dia sudah cukup menderita dengan bertemu ku lagi.. Esok masih akan ada hari bersamanya.. (mungkin)..
Sampai dirumah renan.. hanya ada satpam yang menjaga rumahnya.. Semuanya sepi.. Renan yang tertidur aku bangunkan dengan lembut..
" re.. renan.. ayooo bangun.. udah sampe nih " dia bangun dengan wajah ngantuknya.. melihat sekeliling yang memang benar rumahnya " yuk turun " aku memcoba membantunya.. Tama membukakan pintu mobil renan dan membantunya.. Aku, tentu saja turun sendiri.. renan yang butuh bantuan bukan aku..
Kami berjalan ke rumah.. renan masih mengantuk saat menggandengku.. sepertinya dia memang lelah karena menangis tak henti-hentinya hari ini..
" langsung tidur ajah yaa " aku berkata kepadanya.. " kamarnya dimana ?" dia hanya mendongakan kepalanya sambil bergumam tak jelas yang membuatku bingung, tama yang mengerti langsung mengarahkan kami ke kamar renan..
Sampai dikamar, renan langsung berbaring tanpa banyak kata, aku merapikan selimutnya.. sementara tama menyalahkan AC dan keluar kamar, sepertinya renan memang tidur dengan menggunakan AC..
" kak.. mau kemana.? " kali ini suaranya nyaring dan jelas
" eh.. keluar dek "
" sini ajah.. temenin renan sampe tidur ya kak "
" iyaaa.. " aku membalasnya dengan senyuman dan naik ke kasurnya.. " yaudah bobok sini " aku memelukanya dan mengelus rambutnya.. dia sudah meringkuk di pelukanku dengan senyumnya..
Tak butuh waktu lama untuk renan agar tertidur, karena memang dia sudah ngantuk dan lelah.. cepat saja untuk dia terlelap.. Aku yang memang tidak tahan dengan dingin memutuskan untuk tidur diluar, setidaknya masih ada sofa.. Tama, mungkin dia sudah pulang karena tidak mungkin dia akan tinggal disini..
Aku membersihkan diriku dulu.. Tak mengganti bajuku, karena aku memang tak membawa baju.. Selesai berberes aku keluar kamar, Aku berjalan kedapur mencari sesuatu yang bisa dimakan karena perutku yang sedikit keroncongan.. Kulihat sekeliling rumah sepertinya tak ada tanda-tanda dari tama, dia memang pulang sepertinya.. Sampai didapur aku membuka kulkas, tak ada makanan.. Minuman juga tak ada.. Aku mencoba melihat isi lemari yang ada didapur.. Semuanya kosong.. dan hanya ada air putih.. Kenapa semuanya kosong.. Apa renan nggak ada persediaan sedikit pun.. Bahkan pembantupun nggak ada.. Perutku sudah berontak kelaparan.. Kalau beberapa waktu lalu aku malas makan, sekarang justru aku sering lapar..
Aku hanya minum air putih sambil duduk di meja makan.. Diam memandang jalan kearah taman, dimana aku bisa melihat yang reza lihat.. sudah lama juga ternyata kenangan bersama reza, tapi sakit yang aku rasakan masih terasa.. tapi sudahlah.. aku sudah mencoba mengikhlaskan dan bersahabat dengan rasa sakitku.. dan lamunanku begitu indah kali ini..
" nih.. laperkan ?" tama membuyarkan lamunan indahku dengan sekantong bungkusan..
" eh.. apa ini ?" aku melihat kedalam bungkusan
" makanan.. aku tau kamu pasti laper " dia berkata cuek sambil duduk disebelahku
" makasih.. " aku menjawab singkat
" abis makan tidur geh "
" nanti kalo ngantuk juga tidur.. "
" kalo nggak suka AC, kamar kosong yang masih dirawat cuma kamar reza, tidur sana ajah.. kalo takut aku temenin kok " dia berkata seakan dia kuat, padahal dia lemah.. menyebutkan nama dan kamar itu membuatku teringat akan sakit dan bahagiaku.. aku memilih memendamnya dan tak mau merusak malam ini saat aku memilih bersahabat dengan sakitku..
" kamu nggak pulang ?" dia hanya diam..
" buruan dimakan geh.. nanti pingsan lagi "
" iyaaa.. makasih yaa " aku mengeluarkan makanan yang dia beli dari supermarket
" oyaa.. tadi aku nemu krengsengan yang masih buka.. sampe pagi.. mau makan disitu nggak.?" dia bertanya kepadaku
" enak nggak.? "
" enak kok.. mau nggak.?"
" ehm.. mau sih.. tapi masak aku kayak gini "
" gampang.. yukk " dia menarik tanganku..
" kemana ?"
" ikut ajah.. "
Bukan keluar rumah, kami justru ke kamar reza.. tama menghidupkan lampu kamar reza.. Masih bisa aku merasakan sosoknya hadir disini diantara aku dan tama, tapi dia tetap menjadi khayalku bukan nyataku..
" ngapain kesini ?" aku bertanya bingung dengan suara lemahku dan tama mengerti bagaimana perasaanku saat melihat aku memandang sekeliling kamar dan potretku dan reza..
" reza punya koleksi baju yang dia beli khusus untukmu.. semua jenis baju ada.. kamu pakek ajah.. pilih sendiri " tama membuka lemari yang berjejer dikamar reza.. sebagian bajunya dan sebagian baju untukku.. dan memang benar yang dikatakannya.. itu memang ukuranku, warna kesukaanku dan semuanya tentangku..
Aku mulai melihatnya secara perlahan.. dan entah kenapa yang ada dihatiku tak bisa aku bendung.. aku menangis.. ya menangis lagi.. Tama memelukku.. tanpa kata..
" dia bodoh.. bodoh banget.. " cuma itu yang terucap dari sekian banyak perasaan yang ada.. " suka sama cewek kayak aku.. bodoh.. " aku hanya bisa mengucap itu dalam isakku.. tama memelukku dengan hangat..
" maaf.. aku nggak maksud bikin kamu nangis "
Aku masih menangis dalam peluknya untuk beberapa saat, meluapkan semua yang aku rasakan.. Cinta reza yang begitu tulus.. pengorbanannya yang tak bisa aku balas, membuatku menjadi orang paling jahat yang pernah ada didunia.. Entahlah.. perasaan bersalah menghantuiku.. Ditambah lagi aku punya kejiwaan yang berbeda dari yang lainnya.. Tapi bagaimanapun juga aku harus tetap bangkit dari semuanya.. Aku menguatkan hatiku..
" nggak apa kok.. " aku melepaskan pelukan tama dengan perlahan " aku siap-siap dulu ya.. kamu tunggu diluar ajah "
" iyaa.. pake baju yang agak hangat ya " dia tersenyum meninggalkanku..
Dan aku mengganti bajuku dengan baju yang memang hangat untuk digunakan dini hari.. Anggap saja hari ini akan menjadi kisah baru bagiku dan bagi semua yang ada dihidupku.. Entah bagaimana nantinya ini akan berlalu.. yang pasti.. Aku tak akan pernah menghindar dari apa yang ada dihidupku..
Kesempurnaan itu ada.. Jika ada yang menganggapmu sempurna tanpa sebuah alasan.. Dan bahagia akan datang jika dia yang menganggapmu sempurna melengkapi segalah harimu dengan seyum yang terkembang.. Aku.. Masih disini dalam diam.. memandangmu.. menyapa cintamu yang mulai menyapaku.. dan aku tak tau ini akan berakhir seperti apa.. yang aku tau.. AKU JATUH CINTA.!
No comments:
Post a Comment
Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah