Dibangun oleh pabrikan asal Jerman, Howaldtswerke-Deutsche Werft, KRI Nanggala 402 resmi berlayar pada 21 Oktober 1981 dengan bobot mencapai 1.285 ton di permukaan dan 1.390 saat menyelam.
Kapal yang memiliki panjang 59,5 meter dan lebar 6,3 meter ini memiliki sejumlah mesin pendorong, yaitu 4 x mesin diesel MTU 12V493 AZ80 GA31L bertenaga 0,001790 MW (2,400 hp), 4 x alternator Siemens bertenaga 2300 hp (1,7 MW), serta 1 x motor Siemens bertenaga 0,003430 MW (4,600 hp).
KRI Nanggala 402 dapat bergerak dengan kecepatan 11 knot atau 20 kilometer per jam di permukaan dan 21,5 knot atau 39,8 kilometer per jam saat menyelam.
Kapal selam yang termasuk dalam jenis kelas Cakra ini juga dipersenjatai dengan torpedo AEG SUT 264, yakni merupakan torpedo kelas berat berukuran 21 inci (53,34 cm) yang diproduksi oleh Altas Elektronik dan juga dilengkapi dengan system radar permukaan berjenis Thomson-CSF Calypso, I-band serta sonar pencarian dan penyerangan aktif/pasif Atlas Elektronik CSU 3-2.
Sejak tahun 1944 Jerman sudah mulai memproduksi kapal selam paling modern di masanya. Kapal ini disebut dengan sebagai tipe XXI. Jerman disebut memproduksi sebanyak 120 kapal tipe XXI. Kapal ini dipersiapkan untuk menggempur kekuatan laut Sekutu. Namun hanya dua yang sempat beroperasi.
Asal-usul Nama
Kata ‘Nanggala’ diambil dari nama senjata tokoh pewayangan Baladewa, yakni seorang Raja dengan karakternya yang keras kepala dan pemarah. Serta senjata nanggala yang di miliki oleh Baladewa juga di kenal sangat kuat ,tangguh dan sakti .
Karena makannya yang dalam dan kuat tersebut, TNI AL pun menyematkan nama Nanggala untuk kapal selam mereka, yaitu KRI Nanggala 402. Nama tersebut resmi diberikan pada tanggal 28 Agustus 1981.
Hal tersebut juga tercantum juga dalam Surat Keputusan Kasal Nomor Skep/2902/IX/1981 tertanggal 26 Agustus 1981 mengenai penetapan KRI Nanggala 402 sebagai kapal perang organik milik armada RI.
Perbaikan
KRI Nanggala dipesan oleh pemerintah Republik Indonesia pada 2 April 1977. Pembuatan KRI Nanggala merupakan bagian dari pinjaman senilai 625 juta dolar Amerika Serikat dari Jerman kepada Indonesia. Sebesar 100 juta dolar AS dari pinjaman tersebut digunakan untuk membuat KRI Nanggala dan KRI Cakra.
Kapal ini didesain oleh Ingenieurkontor di kota Lübeck, dibuat oleh Howaldtswerke, Kiel, dan dijual oleh perusahaan Ferrostaal di Essen.
Pembuatan kapal dimulai pada bulan Maret 1978 dan diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 6 Juli 1981.
KRI Nanggala pertama kali ditunjukkan ke masyarakat umum saat hari ulang tahun TNI ke-36 pada 5 Oktober 1981 dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Mohammad Jusuf pada 21 Oktober 1981 di Dermaga Ujung Surabaya.
KRI Nanggala pernah melakukan perbaikan di Howaldtswerke dan selesai pada 1989. Sekitar dua dekade kemudian, kapal selam ini kembali menjalani perbaikan penuh dengan biaya US$63.7 juta selama dua tahun di Korea Selatan. Perbaikan tersebut dilakukan oleh Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) dan selesai pada Februari 2012.
Pada perbaikan ini, sebagian struktur atas kapal diganti dan sistem persenjataan, sonar, radar, kendali tempur, dan propulsi dimutakhirkan.[19] Setelah perbaikan, KRI Nanggala mampu menembakkan empat torpedo secara bersamaan menuju empat target yang berbeda dan meluncurkan misil antikapal seperti Exocet atau Harpoon.
Selain itu, kedalaman selamnya bertambah menjadi 257 meter (843 ft) dan kelajuan maksimumnya dinaikkan dari 21,5 knot (39,8 km/h) menjadi 25 knot (46 km/h).[20] Sekitar lima tahun kemudian, KRI Nanggala dilengkapi dengan sistem echosounder KULAÇ buatan ASELSAN.
Penugasan
1990-an
Pada April hingga Mei 1992, KRI Nanggala ditugaskan untuk sebuah misi intelijen di Samudra Hindia. Pada Agustus hingga Oktober 1999, Nanggala kembali ditugaskan dalam sebuah misi intelijen di Timor Timur. Misi tersebut dilakukan bersama KRI Cakra (401) untuk melacak pergerakan Pasukan Internasional untuk Timor Timur (INTERFET) setelah mereka mendarat di sana.2002
Pada 27 Mei—3 Juni 2002, KRI Nanggala dilibatkan dalam latihan gabungan TNI AL dan Angkatan Laut Amerika Serikat dengan nama sandi CARAT-8/02. CARAT (Cooperation Afloat Readiness and Training) adalah bantuan latihan militer Amerika Serikat terhadap militer negara sahabat di Asia Tenggara. Latihan CARAT ini berlangsung di perairan Laut Jawa, Selat Bali dan Situbondo.2004
Dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia, tanggal 8 April hingga 2 Mei 2004, KRI Nanggala berhasil menenggelamkan eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942, menggunakan torpedo SUT.2005
Pada 8 April 2005, di tengah konflik sengketa blok Masela, KRI Tedong Naga (819) dari Indonesia terpaksa menyerempet Kapal Diraja Rencong milik Angkatan Laut Malaysia di Nunukan, Kalimantan Timur.Hal itu dilakukan karena KD Rencong melakukan manuver-manuver yang dianggap membahayakan pembangunan mercusuar Karang Unarang. Pada Mei 2005, KRI Nanggala ditugaskan menuju kawasan tersebut untuk berjaga-jaga apabila terjadi keadaan yang mendesak. Selain itu, KRI Nanggala juga ditugaskan untuk "mengintai, menyusup, dan memburu sasaran-sasaran strategis".
2012
Pada 28 hingga 29 Agustus 2012, KRI Nanggala diikutsertakan dalam sebuah latihan gabungan bersama kapal selam Amerika Serikat bernama USS Oklahoma City. Latihan tersebut juga diikuti oleh KRI Diponegoro (365) dan sebuah helikopter Bölkow-Blohm.On Eternal Patrol
Kapal Selam milik TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala-402 dinyatakan subsunk atau tenggelam oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada Sabtu (24/4/2021).
Hal tersebut disampaikan setelah tim melakukan pencarian selama 72 jam. Seluruh awak yang berjumlah 53 personel tersebut dinyatakan telah gugur dalam menjalankan tugasnya di perairan utara Bali.Tragedi KRI Nanggala-402 disebut sebagai "On Eternal Patrol".
Mengutip dari laman wearethemighty.com istilah on eternal patrol berawal dari masa Perang Dunia ll. Pada masa itu, penggunaan kapal selam baik oleh pasukan sekutu maupun pasukan Nazi Jerman mulai meningkat. Armada kapal selam menggunakan istilah patroli saat mereka bertugas menyebar untuk mengintai kapal-kapal musuh.
Fakta mencatat beberapa kali musibah kapal selam yang on eternal patrol terjadi. Sejak akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat kehilangan empat kapal selam. Pada 26 Agustus 1949, kapal selam diesel-listrik kelas Balao, USS Cochino (SS 345) hilang dan dinyatakan tenggelam. Disusul kemudian t USS Stickleback (SS 415) juga tenggelam akibat kecelakaan pada 29 Mei 1959.Patroli ini dimulai ketika kapal selam meninggalkan pelabuhan, dan berakhir saat mereka kembali. Ketika kapal selam tenggelam, dan tidak berhasil pulang, patroli itu "abadi", on eternal patrol.
Dua kapal selam serang bertenaga nuklir USS Thresher (SSN 593) dan USS Scorpion (SSN 589), hilang pada 1963 dan 1968, dengan membawa seluruh awak kapalnya. Tenggelamnya USS Thresher tercatat sebagai musibah kapal selam terburuk yang mengakibatkan 129 awak kapal selam meninggal, terbanyak dalam sejarah musibah kapal selam Amerika Serikat.
Amerika Serikat tidak sendirian dalam kehilangan kapal selam. Yang paling terkenal, pada 12 Agustus 2000, kapal selam berpeluru kendali bertenaga nuklir Rusia, Kursk mengalami ledakan di dalam kapal dan tenggelam saat dalam perjalanan menuju Laut Barents. Musibah meledaknya Kursk diabadikan melalui film layar lebar berjudul sama, Kursk (2018).
Dua dekade kemudian, giliran bangsa Indonesia mengalami duka yang sangat mendalam. KRI Nanggala 402 dinyatakan on eternal patrol pada 24 April 2021.KRI Nanggala 402 berada dalam Patroli Abadi sekarang, untuk menjaga lautan Indonesia selamanya.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah