Ask Republik Lanfang , Republik pertama di Indonesia AdityaDees - AdityaDees

Hot

https://publishers.chitika.com/

Contact us for advertising.

16 July 2021

Ask Republik Lanfang , Republik pertama di Indonesia AdityaDees

Kehadiran kaum imigran Cina di Borneo , menjadi bagian dari sejarah perdagangan dan politik Asia kala itu. Pada tahun 1767 peningkatan populasi imigran Cina berkembang pesat, yang tadinya berjumlah puluhan itu membengkak menjadi ribuan.

Pada pertengahan abad ke-18 , gelombang imigran dari cina melonjak drastis di kalimantan barat. Oleh kesultanan Mempawah dan Sambas, mereka di datangkan langsung untuk di pekerjakan di tambang-tambang emas dan timah yang banyak terdapat di kawasan tersebut.

Kesultanan Mempawah adalah yang pertama kali mendatangkan imigran Cina pada tahun 1740. Wilayah Mempawah terletak antara Pontianak dan Sambas, berjajar dalam satu garis pantai di Selat Karimata.

Kebijakan serupa kemudian di ikuti oleh Kesultanan Sambas pada tahun1750 , menggunakan jasa pekerja imigran Cina. Pada saat itu dunia pertambangan memang mengalami kemajuan pesat sehingga di butuhkan pekerja dalam jumlah yang besar.

Seiring perkembangannya, populasi imigran Cina mengalami peningkatan dalam jumlah. Saking banyaknya, orang-orang Cina tersebut membentuk kelompok atau kongsi dagang berdasarkan wilayah pertambangannya.

Sebenarnya kongsi dagang yang di bentuk oleh kelompok imigran Cina ,bisa di sebut mirip area perkampungan tempat tinggal saja.

Namun tetapi mereka menjalani kehidupan seperti di negeri asal mereka, yakni menerapkan tradisi Cina dalam kehidupan sehari-harinya.

Pada awal terbentuk kongsi dagang hanya berjumlah 8 ,lalu kemudian secara bertahap menjadi bertambah 14 kelompok kongsi dagang. Oleh Kesultanan Mempawah dan Sambas , mereka mendapat dukungan dan di beri naungan di bawah Kesultanan.

Dengan diberi keleluasaan untuk mengatur dirinya sendiri, termasuk dalam hal pengangkatan pemimpin. Dari sini asal muasal republik itu mulai terbentuk.

Pihak kesultanan hanya meminta masing-masing kongsi itu menyetor 1 kilogram emas tiap bulannya. Baik Kesultanan Sambas maupun Mempawah tidak mempersoalkan peraturan khusus untuk para imigran Cina dalam menambang emas.

Hingga akhirnya pada tahun 1770, Mereka mulai membangkang dan menolak memberikan 1 kilogram emas per bulan kepada Kesultanan.

Penolakan dan pembangkanan para imigran Cina ini dipicu oleh Kehidupan mereka yang sudah mapan dan lebih stabil jika di bandingkan dengan masyarakat pribumi , seperti halnya orang melayu dan Dayak.

Kaum pendatang ini pada akhirnya benar-benar terlibat peperangan dengan warga lokal dan menewaskan sejumlah pejabat kesultanan dari Suku Dayak.

Insiden ini membuat pihak kesultanan habis kesabaran, terutama Sambas. Pemimpin Sambas saat itu, yakni Sultan Umar Aqamaddin II, kemudian mengirimkan pasukan untuk membasmi aksi pemberontakan tersebut.

Terjadi pertempuran dalam skala kecil selama 8 hari sebelum akhirnya kelompok-kelompok imigran Cina tersebut menyerah karena merasa kalah kuat.

Namun ternyata dari insiden tersebut , pihak Kesultanan Sambas tidak memberikan hukuman berat kepada para imigran Cina ,yang secara terbukti telah melakukan pembangkangan dan perlawanan.

Mereka diperbolehkan kembali bekerja di pertambangan seperti biasa namun tetap harus menyetor upeti sebanyak 1 kilogram emas setiap bulannya kepada kesultanan.

Hingga pada tahun 1776, para imigran ini mengalami peningkatan 14 kongsi dagang , terutama sebagian besar 12 kelompok kongsi berada di wilayah Kesultanan Sambas dengan pusatnya di Montraduk.

Sedangkan 2 kongsi lainnya ada di wilayah Kesultanan Mempawah dan berpusat di Mandor. Jumlah orang-orang Cina sendiri sudah lebih dari 20 ribu orang pada 1770-an.

Merasa sudah cukup kuat , mereka lalu membentuk aliansi yang bernama Hee Soon pada tahun 1777. Tujuannya untuk memperkuat persatuan sekaligus meminimalisir terjadinya polemik antar-kongsi seperti yang pernah terjadi pada tahun 1774.

Terbentuknya Hee Soon inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Republik Lanfang.

Toko yang menjadi pemimpin aliansi atau para kelompok kongsi dagang tersebut di kalimantan barat adalah Lo Fang Pak , ia datang pada tahun 1775.

Lo Fang Pak memiliki hubungan yang baik dengan Dinasti Qing di Cina, ia berkeinginan agar kaum perantauan di Borneo bersatu dan tidak terpecah-belah satu sama lain.

Pada tahun 1778 dengan berdirinya kesultanan pontianak , membuka kesempatan bagi para imingan Cina berlindung jika sewaktu-waktu mereka bermasalah lagi dengan Sambas, Mempawah, maupun pihak-pihak lain.

Memanfaatkan Lo Fang Pak yang piawai dalam hal diplomasi, Aliansi ini berhasil menjalin kedekatan dengan Sultan Pontianak, Syarif Abdurrahman Al Qadri. Terlebih lagi, posisi Kesultanan pontianak lebih kuat karena mendapat dukungan VOC/Belanda.

Strategi Lo Fang Pak ternyata tepat , pada tahun 1789 Kesultanan Pontianak dengan bantuan Belanda berhasil merebut wilayah Kesultanan Mempawah.

Aliansi Hee soon yang semula mendukung penyerangan ini , Sultan Pontianak memberikan kewenangan yang lebih luas lagi kepada Lo Fang Pak untuk mengelola kongsi-kongsi Cina yang berada di bawah pengelolaannya di mulai sejak tahun 1793.

Republik Lanfang pun dideklarasikan meskipun masih bernaung di bawah Kesultanan Pontianak dan sebagian lagi berada di wilayah Kesultanan Sambas. Lo Fang Pak terpilih sebagai presiden dalam pemilihan umum (pemilu) pertama.

Status Republik Lanfang memang seperti negara yang berdiri di dalam wilayah negara lain. Namun, republik pertama di Nusantara ini memperoleh kewenangan yang sangat luas untuk mengelola wilayah dan rakyatnya sendiri.

Mereka juga mempunyai undang-undang sendiri untuk mengatur berbagai aspek kehidupan rakyatnya, dari tata negara, hukum, ekonomi, pendidikan, dan sektor-sektor penting lainnya.

Namun dengan syarat tetap harus membayar upeti bulanan kepada dua Kesultnan , yakni Pontianak dan Sambas.

Pendeklarian tersebut juga mendapat dukungan dari disnati Qing di Cina ,dan secara aktif juga Republik Lanfang mengirimkan upeti kepada disnati Qing di Cina.

Kemunduran Republik Lanfang mulai terlihat memasuki tahun 1880 , kemunduran tersebut di dasari oleh kuatnya pengaruh Belanda di Borneo dan Kalimantan Barat.

Presiden Republik Lanfang saat itu terpaksa meneken perjanjian di Batavia. Dengan demikian, Republik Lanfang berada di bawah kendali Belanda.

Bagi sebagian kongsi di Republik Lanfang yang tidak sepakat atas perjanjian itu , kemudian melakukan penyerangan terhadap Belanda.

Penyerangan itu menjadi kesalahan besar,Sebab Belanda berbalik menggempur Republik Lanfang dan berhasil ditaklukkan pada 1884.

Presiden terakhir, Liu Ah Sin, tewas yang membuat Republik Lanfang mengalami kehancuran total.

note :

Wikipediam.jpn.com tirto.id
Chinese Democracies:A Study of the Kongsis of West Borneo

No comments:

Post a Comment

Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah

https://payclick.com/

Contact us for advertising.