Berbagai strategi pun di buat untuk mengendalikan serangan ulat bulu diantaranya dengan menjebak ulat-ulat bulu tersebut dengan menggunakan senyawa feromon yang disukai oleh ulat bulu, lalu kemudian ulat-ulat bulu tersebut dimusnahkan.
Ada pula yang menggunakan konsep tentang natural enemy (musuh alami) yaitu membiakkan predator (pemangsa) yang secara umum memangsa ulat-ulat bulu tersebut, guna menjaga keseimbangan alam.
Konsep natural enemy sesungguhnya adalah konsep terbaik untuk menangani kasus ini l. Akan tetapi ternyata jumlah predator alami (natural enemy) yang terdapat di alam saat ini jumlahnya jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan ulat bulu.
Intsektisida
Pengendalian ulat bulu umumnya dilakukan dengan insektisida kimia. Cara ini dipilih karena mudah dilakukan dan hasilnya cepat diketahui. Penggunaan insektisida berpotensi menimbulkan dampak merugikan, baik secara ekonomis maupun ekologis, apabila diterapkan secara tidak bijaksana.
Oleh karena itu, menggunakan insektisida haruslah tepat , jenis, dosis, tsasaran, waktu, dan cara, serta dilakukan bilamana diperlukan. Di samping itu, aplikasi insektisida harus mempertimbangkan stadia/instar yang rentan terhadap insektisida, dan tingkat ketahanannya di lapangan.
Menggunakan insektisida secara berlebihan juga dapat menimbulkan gejala resistensi dan musnahnya serangga berguna, khususnya parasitoid dan predator.
Bahwa salah satu faktor utama penyebab eksplosi hama ulat bulu di antaranya karena musnahnya musuh alami yang berperan sebagai pengatur populasi hama akibat penggunaan insektisida yang berlebihan, dan berubahnya status ulat bulu dari hama potensial menjadi hama utama karena meningkatnya resistensi terhadap insektisida.
Supaya tidak merugikan , baiknya penggunaan insektisida untuk mengendlikan ulat bulu di lakukan dengan bijaksana dan cara yang lebih alami.
Pestisida Nabati
Selain pengendalian dengan insektisida kimia, ulat bulu juga dapat dikendalikan dengan pestisida nabati dari beberapa jenis tumbuhan, antara lain mimba (Azadirachta indica). Senyawa aktif yang terkandung dalam mimba yang dikenal sebagai azadirachtin dapat mematikan ulat bulu.
Untuk membuat pestisida nabati tersebut sangat mudah. Daun mimba digerus setelah itu disaring, dicampur air kemudian disemprotkan ke ulat bulu.
Natural Eneky (musuh Alami)
Ulat bulu juga dapat dikendalikan dengan memanfaatkan musuh alami. Musuh alami ulat bulu terdiri dari parasitoid (Apenteles colemani, Brachymeria sp,Eucelatoria bryani, Exorista sorbillans, dan Xanthopimpla sp.).
Predator (laba-laba, semut rangrang, kepik Reduviidae dan kepik Pentatomidae, serta beberapa patogen serangga kelompok virus (Borrelinavirus sp.), dan jamur (Beauveria sp., Metharizium sp., Nomuraea sp., dan Paecylomyces sp.).
Upaya pemanfaatan musuh alami ulat bulu dapat dilakukan melalui pelestarian musuh alami dengan cara membatasi penggunaan insektisida, sehingga parasitoid dan predator mampu bertahan hidup dan berkembang biak. Upaya ini mudah diterapkan pada tanaman perkebunan karena ekosistemnya lebih stabil bila dibandingkan dengan tanaman semusim.
Fisik atau Mekanis
Ulat bulu juga dapat dikendalikan secara fisik/mekanis, misalnya mengumpulkan dan membakar kelompok telur, ulat, dan kepompong yang berada di batang dan ranting, melakukan sanitasi terhadap semak-semak di sekitar pohon/tanaman inang ulat bulu, serta menggunakan lampu perangkap ngengat yang biasanya untuk memonitor penerbangan ngengat.
Di bawah lampu dipasang ember berisi air sabun atau minyak. Ngengat yang tertarik pada lampu akan masuk ke dalam ember, dan langsung mati. Penggunaan lampu ini merupakan cara pencegahan ngengat untuk meletakkan telur.
Cara lain, batang pohon setinggi ± 1,5 m dibungkus dengan plastik. Bagian tengah plastik diolesi perekat. Ulat bulu yang terkumpul pada plastik perekat dimasukklan ke dalam ember yang berisi larutan detergen agar mati .
Bioinsektisida
Cara untuk mengatasi ulat bulu dengan membuat bioinsektisida alami untuk membunuh ulat bulu . Caranya campurkan 100 ml minyak wangi, 500 gram tepung kanji dan 20 liter air.
Diperkirakan bahwa ulat bulu tersebut akan mati setelah 15-30 menit disemprot dengan cairan tersebut. Pemanfaatan cairan ini untuk mengatasi outbreak ulat bulu apabila dihitung dari investasi waktu dan biaya juga cukup cepat, mudah dan murah dilakukan.
Biaya yang dibutuhkan tidak lebih dari 20 ribu rupiah dan cairan pembasmi ini diperkirakan mampu digunakan untuk membasmi ulat bulu di wilayah pertanian maupun perkebunan dengan radius 20 hektar.
Catatan :
dengan asumsi 1 liter cairan untuk setiap hektarnya.
Tentunya anda semua bertanya-tanya apakah yang terjadi pada ulat bulu sehingga dapat mati “hanya” dengan disemprot cairan yang telah diberi tepung kanji dan minyak wangi tersebut?
Jawabannya sangat sederhana, perlu anda ketahui pula bahwa dalam bahan wewangian juga terkandung senyawa-senyawa yang bersifat toksik bagi beberapa jenis serangga.
Senyawa-senyawa itu diantaranya aseton, etanol, etil asetat, fenol, ester, benzaldehide, karbitol, benzil alkohol, kamper, metilen klorida, 3-butane-2-one, siklopentana-2-benzopiran, Hidrosinamaldehid.
Senyawa-senyawa tersebutlah yang disinyalir mampu mematikan populasi ulat bulu dengan merusak sistem pencernaan dan sistem saraf.Tenang saja para pembaca dalam kadar (konsentrasi yang kecil) senyawa-senyawa tersebut tidak bersifat toksik dan relatif aman apabila terhirup oleh manusia, akan tetapi yang sangat tidak dianjurkan adalah meminumnya.
Sementara itu pemanfaatan tepung kanji dalam pembuatan cairan ini diperuntukkan untuk menarik ulat bulu. Hal ini disebabkan tepung kanji mengandung senyawa pati (amilosa dan amilopektin) yang sangat disukai oleh ulat bulu sebagai sumber makanan utama yang penting bagi pertumbuhan ulat bulu tersebut.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah