Ask Upacara Tiwah suku Dayak Kalimantan tengah AdityaDees - AdityaDees

Hot

https://publishers.chitika.com/

Contact us for advertising.

29 May 2021

Ask Upacara Tiwah suku Dayak Kalimantan tengah AdityaDees

Mengupas budaya Indonesia memang tidak akan ada habisnya, Negeri ini memang terlalu kaya dengan ragam budayanya, terbentang luas dari Sabang hingga Merauke yang memiliki ribuan suku dengan masing-masing ritual adatnya. Kelahiran, pernikahan, hingga kematian dirayakan dengan cara yang berbeda. Inilah yang membuat Indonesia kaya akan budaya. Salah satunya masyarakat kalimantan Tengah dengan Ritual adatnya yaitu Tiwah.

Ritual Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak. Ritual ini merupakan Prosesi mengantarkan roh leluhur yang telah meninggal dunia ke lewu tatau (surga) bersama Ranying Hatalla (Sang Pencipta). Jenazah yang sudah dikubur akan digali lagi, tulang belulangnya dibersihkan, kemudian dimasukkan ke dalam balai nyahu.

Ritual juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.

Diperlukan persiapan panjang dan cukup rumit serta pendanaan yang tidak sedikit. Selain itu, rangkaian upacara prosesi Tiwah ini sendiri memakan waktu hingga berhari-hari , bahkan bisa sampai satu bulan lebih lamanya.

Terkadang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan Tiwah menjadi salah satu kendala bagi penduduk yang tingkat ekonominya rendah. Sehingga Tiwah baru dilakukan bertahun-tahun kemudian. Untuk memperingan biaya, Tiwah juga bisa dilakukan secara gotong royong oleh beberapa keluarga bahkan hingga satu desa.

Tiwah memiliki beberapa tahapan. Di antaranya, pertama keluarga harus mendirikan balai nyahu yang pembangunanya harus selesai dalam satu hari. Balai nyahu inimenjadi tempat sementara tulang-tulang yang telah dibersihkan. Selanjutnya, keluarga harus membuat anjung-anjung (bendera kain) sejumlah jenazah yang di Tiwahkan.

Setelah itu, tulang belulang jenazah akan dimasukan ke balai nyahu. Proses ini diyakini sebagai awal mula roh diantarkan ke Lewu Liau. Pada saat proses ini berlangsung, tabuh-tabuhan alat musik akan didendangkan secara terus-menerus.

Selanjutnya, keluarga melakukan tarian sakral Manganjan sambil mengelilingi sangkai raya (tempat anjung-anjung dan persembahan) dan sapundu (patung yang dipahat berbentuk manusia dan digunakan sebagai tempat mengikat kurban). Keluarga akan menari dengan riang gembira karena roh keluarga mereka akhirnya bisa diantarkan ke Lewu Liau.

Setelah Manganjan selesai, dimulailah acara menombak hewan kurban, seperti kerbau, dapi, dan babi, yang dilakukan oleh keluarga. Masyarakat percaya, cucuran darah dari hewan kurban akan mensucikan roh. Setelah hewan kurban mati, kepalanya lalu dipenggal dan dikubur di bawah sapundu yang diletakkan di samping sandung, sementara dagingnya dimasak dan dimakan bersama-sama.

Ritual Tiwah suku Dayak ini tergolong sebagai ritual yang sangat sakral. Pada ritual ini akan disajikan acara tari-tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

Puncak dari upacara ini ketika memasukkan tulang belulang yang disucikan dengan ritual khusus ke dalam Sandung, setelah sebelumnya menggelar acara penombakan para hewan - hewan kurban seperti sapi, kerbau dan babi.

No comments:

Post a Comment

Komentar yang bermutu Insyaallah akan mendapatkan berkah

https://payclick.com/

Contact us for advertising.